Senin, 07 Februari 2011

Mendoakan Non-Muslim Yang Sedang Sakit & Tiga Takdir Tuhan

Mendoakan Non- Muslim Yang Sedang Sakit

Tanya :
 Adakah manfaat bersedekah dan mendoakan non- Muslim yang sedang sakit?

Jawab :
Berdoa untuk kesembuhan non-Muslim, bahkan berusaha dengan sekuat tenaga menyembuhkannya adalah baik. Oleh karena itu, insya Allah, bersedekah dan berdoa untuk mereka ada manfaatnya.

(M. Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran) 

Tiga Takdir Tuhan

Tanya :
Benarkah jodoh, usia dan rezeki adalah\ takdir-takdir Tuhan?

Jawab :
Rezeki, jodoh dan usia adalah takdir Tuhan, itu benar demikian. Tetapi bukan hanya itu. Segala sesuatu
ada takdirnya. Allah yang Menciptakan segala sesuatu, lalu Dia menetapkan atasnya qadr atau ketetapan dengan sesempurna-sempurnanya (QS Al-Furqan[25]:2). Allah telah menetapkan bagi segala sesuatu ketetapan(QS Al- Thalaq[65]:3). Banyak sekali ayat Al Quran yang mengulang hakikat tersebut.
Walhasil, segala sesuatu termasuk manusia ada takdir yang ditetapkan Allah atasnya. Tidak ada sesuatu yang tanpa takdir termasuk terhadap manusia. Kata takdir terambil dari kata qaddara yang berasal dari akar kata qadara yang, antara lain, berarti mengukur, memberi kadar atau ukuran sehingga takdir adalah yang memberi kadar/ ukuran/batas-batas tertentu dalam diri, sifat dan kemampuan maksimal, bagi setiap makhluk-Nya. Namun demikian, manusia tetap diberi kemampuan memili yang mana di antara
ukuran-ukuran yang ditetapkan Tuhan itu yang dapat diambil.

(M. Quraish Shihab, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran)

pertanya'an khilafiyah kepada gus mus

Tanya: Bapak Mustofa Bisri, beberapa pertanyaan sederhana saya ini mungkin sudah 'usang', tetapi karena saya belum paham benar maka mohon dengan sangat Bapak sudi menjawabnya. Adapun persoalannya yaitu: Dalam shalat Subuh, saya tidak memakai doa qunut. Sedangkan di mesjid desa kami bila berjamaah Subuh selalu memakai qunut. 

Pertanyaannya: Bagaimana bila saya diminta sebagai imam di mesjid tersebut; apakah aya harus juga memakai doa qunut sebagaimana kebiasaan mereka, sementara kalau di rumah saya tidak melakukannya. Sebab saya khawatir bahwa doa yang saya ucapkan saat menjadi imam itu karena
mereka, bukan karena suara hati saya. Apakah itu dapat dikatakan saya tidak konsisten pada pendirian? Kemudian bagaimana hukumnya mengangkat tangan dalam doa qunut tersebut (baik bagi imam/ makmumnya)?
Bagaimana hukumnya membaca surah sesudah surah Al-Fatihah dalam shalat sunnah rawatib itu? Apakah shalat sunnah Tahajjud boleh dikerjakan berjamaah? 
Bila boleh apakah bacaannya juga dikeraskan?
 Apakah benar bila kita terlambat berangkat shalat Jum'at (datang sesudah khatib berdiri di atas mimbar) maka shalatnya tidak diterima. Apakah ada dalilnya?
Atas jawabannya saya mengucapkan terima kasih.

Yoyok Sky
Depok, Sleman, Yogya
==================



Jawab:
Wah, pertanyaan Anda banyak sekali dan kebanyakan menyangkut masalah khilafiyah, maka, maaf saya akan menjawabnya langsung saja. Qunut memang masalah khilafiya 'usang'. Dari dulu hingga sekarang --sungguh mengherankan-- tak bosan-bosannya orang mendebatkannya. Selalu saja muncul dari masing-masing pihak yang berbeda, orang yang berlagak bisa menghentikan perdebatan dengan hanya mengulang argumentasi pihaknya sendiri (karena mungkin hanya itu yang paling dikuasai) dan mengulang-ulang kecaman kepada pihak yang berbeda, tanpa menyadari bahwa pihak lain pun dapat berbuat seperti dia. Ini sungguh perbuatan yang hanya membuang-buang energi. Soal khilafiyah, perbedaan pemahaman dan pendapat adalah soal "kepala" bukan soal "rambut". Kalau soal rambut, yang tidak hitam bisa dicat hitam semua. Kalau soal isi kepala, Tuhan sendiri tidak menghendakinya sama kan?
Nah, Anda boleh qunut boleh tidak. Tapi terlepas dari kontroversi oal qunut itu sendiri, menurut saya dewasa ini sebaiknya Anda dan semua orang Islam melakukan qunut. Paling tidak pada waktu shalat Subuh. Dewasa ini menurut saya tidak boleh ada yang tidak melakukan qunut.
Dan Anda tak usah khawatir dianggap orang yang tidak konsisten. Kan Anda shalat karena Allah. Kalau Anda merasa tidak bisa, ya makmum sajalah. Jangan mau jadi imam. Adapun mau mengangkat tangan ketika berdoa qunut, silakan, tidak silakan. Ini juga soal khilafiyah Kedua-duanya ada hadisnya, kedua-
duanya punya argumentasi. Tidak membaca surah setelah Al-Fatihah tidak apa-apa, membaca surah lebih baik. Ada yang membolehkan ada yang tidak. Mereka yang membolehkan, ada yang mengatakan bacaannya dikeraskan ada yang tidak. (Baca misalnya, al-Fiqhu 'alaa- Madzaahib al-Arba'ah I/263)
Tidak benar. Asal masih mengikuti shalat imam Jum'at, salat orang yang Anda bilang terlambat datang itu diterima. Tapi memang kurang afdhol. (Baca kitab-kitab fikih bab Shalat Jum'at).
Wallaahu A'lam.

=====================================================================

Tanya:
Akhir-akhir ini sering terdengar anjuran untuk melakukan qunut nazilah. Terus terang saya belum
jelas benar mengenai soal qunut ini. Saya pernah bersembahyang Jum'at di suatu mesjid, setelah
rakaat kedua, imam mengangkat tangan dan membaca doa seperti pada shalat Subuh. Hanya ada tambahan doa-doa lain. Di lain waktu saya berjamaah sembahyang Lohor di suatu mushalla, imamnya juga berdoa tapi sehabis rukuk yang terakhir (keempat). Yang saya tanyakan: Apakah qunut nazilah ini dan bagaiman cara melakukannya yang benar? Apakah qunut nazilah tersbeut khusus untuk imam, makmum hanya mengamini? Bagaiman bila shalat sendirian? Apakah bedanya dengan qunut Subuh dan apa yang dibaca? Atas jawaban Pak Mus saya sampaikan terima kasih.



Zawawi
Pekalongan

====================


Jawab:
Di dalam bahasa Arab, qunut semula bisa berarti: tunduk; merendahkan diri kepada Allah; mengheningkan cipta; berdiri shalat. Kemudian digunakan untuk berdoa tertentu di dalam shalat.
Nabi Muhammad Saw. melakukan qunut dalam berbagai keadaan dan cara (seperti banyak diriwayatkan dalam hadits-hadits tentang qunut ini). Pernah Nabi berqunut pada setiap lima waktu, yaitu pada saat ada nazilah (musibah). Saat kaum muslimin mendapat musibah atau malapetakan, misalnya ada golongan muslimin yang teraniaya atau tertindas. Pernah pula Nabi qunut muthlaq, tanpa sebab khusus. Pendapat ulama pun berbeda-beda mengenai qunut dan muthlaq ini (seperti lazimnya, sesuai interpretasi dan pilihan menurut sandar kesahihan masing-masing terhadap hadis-hadis yang ada tentang itu).
Ada yang berpendapat qunut muthlaq hanya dilakukan pada waktu shalat Witir sebelum rukuk (Hanafi) atau sesudah rukuk (Hanbali). Ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu hanya disunnahkan pada waktu shalat Subuh sebelum ruku kedua (Maliki). Ada pula yang berpendapat bahwa qunut itu dilakukan waktu shalat Subuh dan shalat Witir pertengahan terakhir bulan Ramadlan setelah rukuk terakhir (Syafi'i). Untuk lebih luasnya, silahkan membaca Ibanat al-Ahkaam I/428-433; al- Fiqhu 'alaa al- Madzhaahib al-Arba'ah I/336-340; dan Bidayat al- Mujtahid I/131-133).

Nah, sekaranga akan saya coba menjawab sesuai pertanyaan Anda.
Seperti sudah disinggung di atas, qunut nazilah adalah qunut yang dilakukan saat terjadi malapetaka yang menimpa kaum muslimin. Seperti dulu ketika Rasulullah Saw. atas permintaan Ri'l Dzukwan
dan 'Ushiyyah dari kabilah Sulaim, mengirim 70 orang Quraa (semacam guru ngaji) untuk mengajarkan soal agama kepada kaum mereka. Dan ternyata setelah samapi di suatu tempat yang bernama Bi'r al-
Ma'uunah orang-orang itu berkhianat dan membunuh ketujuh puluh orang Quraa tersebut.
Mendengar itu Rasulullah Saw. berdoa dalam shalat untuk kaum mustadh'afiin, orang- orang yang tertindas, di Mekkah. Jika Anda biasa melakukan qunut Subuh atau qunut Witir, maka melakukan qunut nazilah ya seperti itu. Menurut Imam Syafi'i, qunut nazilah disunnahkan pada setiap shalat lima waktu, setelah rukuk yang terakhir, baik oleh imam atau yang shalat sendirian (munfarid): bagi yang makmum tinggal mengamini doa imam. Jadi, qunut nazilah sama dengan qunut Subuh.
Bacaannya juga sama seperti doa yang datang dari Rasulullah Saw. dan populer itu: Hanya dalam qunut
nazilah dapat ditambahkan sesuai kepentingan yang berkaitan dengan musibah yang terjadi. Misalnya dalam malapetaka Bosnia yang baru lalu, atau tragedi di Ambon dan Aceh ini, kita bisa memohon kepada Allah agar penderitaan saudara-saudara kita di sana segera berakhir dan Allah mengutuk mereka yang lalim.

Wallaahu A'lam.

Minggu, 06 Februari 2011

kisah Al-Qamah yang akan di bakar

AL-QAMAH DIBAKAR oleh RASUL

Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit keras. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh. "Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu. Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa iba di hati. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu menuntunnya membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci. Berulang kali dicoba, mulut itu tidak mau membuka sedikitpun. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang melaporkan kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah. "Sudah kau coba menalqin di telinganya?" tanya Nabi."Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat," jawabnya." Biarlah aku sendiri datang ke sana", kata Nabi. Begitu melihat keadaan Al-Qamah tergolek diranjangnya, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah :"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi. "Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua renta," jawab isterinya." Di mana dia sekarang?" "Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini." Tanpa banyak bicara, Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah. "Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah. "Tetapi dia sedang dalan keadaan sekarat, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu ?" tanya Nabi. "Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.
"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," bujuk Nabi. "Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu. "Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah. "Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu. Merasa bujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari kiat lain. Kepada sahabat Bilal Nabi berkata : "Hai bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi. "Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal keheranan."Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, dari pada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah. Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap, "Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya. Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat dzikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi. Jiwanya tenang karena dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Ia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Memang, surga adalah di bawah telapak kaki ibunda.

Jumat, 04 Februari 2011

Mengenang Akhlak Nabi Muhammad SAW bag.1

Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, menceritakan padaku akhlak Muhammad. Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, ceritakan padaku keindahan dunia ini!. Badui ini menjawab, bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini... Ali menjawab, Òengkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa Khumairah oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur ’an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur ’an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-QurÕan berjalan. Badui ini\tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan QurÕan. Aisyah akhirnya
menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu ’minun[23]: 1-11.

      Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, ah semua perilakunya indah. ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap
Tuhanku terlebih dahulu. Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah. Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati
Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, mengapa engkau tidur di sini. Nabi Muhammmad menjawab, aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu. Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, berhati- hatilah kamu terhadapisterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya. Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka. Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. 

       Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi. Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia. Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain. Dalam riwayat lain disebutkan, 
Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta ’wil) mimpimu itu?
Rasul menjawab ilmu pengetahuan. Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an- Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali.
Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik. Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang mrekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela.
Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

Selasa, 01 Februari 2011

kisah kecintaan ukkasyah terhadap Baginda Rasulullah saw

Kecintaan seseorang terhadap sesuatu akan menjadi pusat perhatian seluruhnya dalam nurani, Sehingga sama sekali tidak ada ruang bagi sesuatu yang lain itu untuk masuk kedalam hatinya. Artinya,ia akan selalu memandang obyek cintanya sebagai obsesi kemanapun ia menghadap dan mengarah. Barangkali
karena itulah salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Ukkasyah namanya, tiba-tiba bertindak "aneh", ingin mengqishash Rasululullah SAW disaat beliau menjelang wafat, sementara sahabat yang lain sedang dirundung kesedihan yang tiada tara. Siang itu,setelah mengimami shalat, Rasulullah SAW
dengan susah payah, lalu berkhutbah: "Wahai sekalian manusia! Aku adalah Nabi kalian,yang menasehati kalian untuk berbuat baik dan menjauhi segala kemungkaran. Aku adalah sahabat kalian. Barang siapa yang pernah aku sakiti dahulu,baik yang aku sengaja atau tidak,maka sebelum aku meninggalkan kalian, hendaklah ia mengambil qishash dariku".
Mendengar permintaan itu,suasana masjid seketika menjadi hening. Tak seorangpun sahabat berani mengangkat kepalanya. Terasa berat. Mereka semuadiliputi suasana haru campur sedih. Tiada senyum apalagi canda. Setelah tiga kali beliau SAW mengulang permintaannya,berdirilah Ukkasyah bin Mihshan RA,ia berkata,"Saya ya Rasulallah. Ketika
Perang Badar, unta yang Engkau tunggangi berjalan beriringan dengan untaku. Waktu itu Engkau melecutkan cambukmu dan mengenai perutku. aku tidak tahu, apakah Engkau sengaja atau tidak."
Rasulullah SAW menjawab, "Tidak ada maksudku kepadamu kecuali aku memang sengaja melakukannya." Beliau lantas menyuruh Bilal RA untuk mengambilkan cambuk Rasulullah SAW dirumah putrinya, Fathimah. Raut muka Ukkasyah yang menampakkan keseriusan, membuat para sahabat merasa kesal dan marah melihat kelancangannya. Seketika berdirilah Abu Bakar dan Umar RA. Disusul Ali dan terakhir Hasan dan Husein. Semua berkata, "Hai Ukkasyah! Kami tidak akan membiarkanmu menyakiti tubuh Rasulullah SAW yang mulia, sedikitpun. Jika kamu berkehendak, maka lakukanlah qishas kepada kami." Namun Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka kembali ketempat masing2.Kepada Abu Bakar dan Umar RA, Rasulullah SAW menyela, "Duduklah kalian berdua! ALLAH telah mengetahui kedudukan kalian berdua yang mulia disisiNya."
Tak lama kemudian datanglah Bilal R memberikan cambuk kepada Rasulullah SAW, Dan beliau
langsung menyerahkannya kepada Ukkasyah RA. "Terimalah cambuk ini dan laksanakanlah keinginanmu!"
"Ya Rasulallah! Sewaktu Engkau mencambukku,aku sedang tidak mengenakan baju." Pinta Ukkasyah."Baiklah" kata Beliau SAW sambil melepaskan jubah yang menyelimuti tubuh beliau.
Seketika kaum muslimin yang hadir menjerit dan menangis. Jantung Ukkasyah RA berdegup kencang,tubuhnya bergetar hebat begitu melihat tubuh mulia nan putih milik kekasihnya berdiri dihadapannya.Ukkasyah segera melemparkan cambuk lantas melompat mendekap tubuh Rasulullah SAW dan mencium punggung beliau sepuas2nya. Selanjutnya dia berkata: "Tebusanmu rohku ya
Rasulallah. Siapakah yang sampai hati mengqishas engkau ya Rasulallah? Saya sengaja berbuat demikian karena saya tahu bahwa hari ini adalah pertemuan terakhir,karena sebentar lagi engkau akan meninggalkan kami. Kalaupun nanti aku masuk surga,tentu sulit bagiku untuk bertemu denganmu karena derajat kita yang jauh berbeda. Tetapi jika neraka tempatku,maka inilah kesempatan terakhir
bagiku menatap wajahmu.Oleh karena itu,sebelum kita berpisah,aku ingin kulitku yang hina ini bersentuhan langsung dengan kulitmu yang mulia. Supaya Allah SWT, dengan kehormatan
Paduka,dapat menjagaku dari sentuhan api neraka." Rasulullah SAW meneteskan air mata mendengar ucapan Ukkasyah RA ini lalu bersabda,"Ketahuilah wahai para sahabat,siapa yang ingin melihat penduduk surga,maka lihatlah kepada pribadi laki2 ini!"
Kemudian para sahabat berdiri beramai2 mencium Ukkasyah RA dan mengucapkan selamat,"Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAW disurga kelak."

Demikianlah ketulusan cinta seseorang yang merupakan buah dari keimanan yang bersih,berbuah keistimewaan, hingga dapat mengubah orang biasa menjadi luar biasa di sisi Allah dan RasulNya.
Lantas,bagaimana dengan kita? (Wallahu a'lam).

beberapa cara mendekatkan diri kepada Allah

Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk
menikah.

Pertama: Berusaha ikhlas dalamberibadah. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “ Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10] 

Kedua: Banyak memohon pada Allah Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo ’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do ’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta ’ala berfirman,


َلاَقَو ُمُكُّبَر
يِنوُعْدا ْبِجَتْسَأ
ْمُكَل

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. ” (QS. Al Mu’min: 60)


Ketiga: Rajin memenej pandangan Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengansepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan,“ Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah. ”[11]


Keempat: Lebih giat menyibukkan diri Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang
ditujukan pada Imam Asy Syafi ’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil). ”[12]


Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “ Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran. ” Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina. ” Adh Dhohak mengatakan, “ Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah. ”[13]

COBALAH...........NISCAYA ALLAH AKAN MENGANGKAT KITA KE DERAJAT YANG LEBIH
SEMPURNA 

NB; NOTHING IS ETERNAL IN T'WORLD or G'ADA CINTA YG ABADI D'DUNIA INI!! SEMOGA CINTA KITA HANYA UNTUK SANG KHALIQ ALLAH AZZA WAJALLA & TIDAK MELEBIHI CINTA TERHADAP MAKHLUKNYA.