Rabu, 23 Februari 2011

Syaikh Abul- Hasan Ali al-Asy'ari Aqidah Ahlus-Sunnah wal Jama'ah

Asy'ariyyah adalah
sebutan bagi sebuah
faham atau ajaran
aqidah yang dinisbatkan
kepada Syaikh Abul-
Hasan Ali al-Asy'ari
(Lahir dan wafat di
Basrah tahun 260 H- 324
H.). Para pengikutnya
sering disebut dengan
Asy'ariyyuun atau
Asyaa'irah (pengikut
mazhab al-Asy'ari).
Abul-Hasan Ali Al-
Asy'ari, yang kemudian
dikenal sebagai pelopor
aqidah Ahlus-Sunnah
wal Jama'ah, memiliki
garis keturunan (garis
ke-10) dari seorang
Sahabat Rasulullah Saw.
yang terkenal
keindahan suaranya
dalam membaca al-
Qur'an, yaitu Abu Musa
al-Asy'ari. Beliau lahir 55
tahun setelah wafatnya
al-Imam Syafi'I, dan
Abul-Hasan al-Asy'ari
adalah pengikut Mazhab
Syafi'i.
Pada mulanya, beliau
beraqidah Mu'tazilah
karena berguru kepada
seorang ulama
Mu'tazilah yang
bernama Muhammad
bin Abdul Wahab al-
Jubba'i (Wafat 295H.).
Setelah menjadi
pengikut Mu'tazilah
selama + 40 tahun,
beliau bertobat lalu
mencetuskan semangat
beraqidah berdasarkan
Al-Qur'an dan Hadis
sebagaimana yang
diyakini oleh Nabi Saw.
dan para Sahabat
beliau, serta para ulama
salaf (seperti Imam
Malik, Imam Syafi'I,
Imam Ahmad, dan lain-
lainnya).
Dalam mengusung
aqidah Ahlussunnah
Wal-Jama'ah ini,
terdapat pula seorang
ulama yang sejalan
dengan al-Asy'ari, yaitu
Syaikh Abu Manshur al-
Maturidi (wafat di
Samarkand Asia Tengah
pada tahun 333 H).
Meskipun paham atau
ajaran yang mereka
sampaikan itu sama
atau hampir sama,
namun al-Asy'ari lebih
dikenal nama dan
karyanya serta lebih
banyak pengikutnya,
sehingga para pengikut
aqidah Ahlus-Sunnah
wal Jama'ah lebih sering
disebut dengan al-
Asyaa'irah (pengikut al-
Asy'ari) atau al-
Asy'ariyyun.
Ahlus-Sunnah wal-
jama'ah lahir sebagai
reaksi dari penyebaran
aqidah Mu'tazilah yang
cenderung
mengedepankan akal
ketimbang al-Qur'an
atau Hadis. Banyak
keyakinan Mu'tazilah
yang dianggap oleh al-
Asy'ari menyimpang
jauh dari dasarnya.
Lebih buruknya, ketika
Mu'tazilah sudah
menjadi paham
penguasa (masa
Khalifah al-Ma'mun, al-
Mu'tashim, & al-Watsiq
dari Daulah Bani
Abbasiyah), banyak
ulama yang ditangkap
dan dipaksa untuk
meyakini paham
tersebut. Di antara
ulama yang ditangkap
dan disiksa karena tidak
mau mengakui paham
Mu'tazilah itu adalah
Imam Ahmad bin
Hanbal.
Ajaran al-Asy'ari dan al-
Maturidi (Ahlus-Sunnah
wal-Jama'ah) ini
kemudian berhasil
meruntuhkan paham
Mu'tazilah, dan umat
Islam kembali
mendasari aqidah
mereka dengan al-
Qur'an dan Hadis serta
dalil-dalil 'aqly (akal)
sebagaimana
dicontohkan oleh para
salafush-shaleh.
Pada masa berikutnya,
aqidah Ahlus-Sunnah
wal-Jama'ah ini dianut
dan disebarluaskan oleh
ulama-ulama besar
seperti Abu Bakar al-
Qaffal (wafat 365 H.),
Abu Ishaq al-Isfarayini
(wafat 411 H.), al-
Baihaqi (wafat 458 H.),
Imam al-Haramain al-
Juwaini (wafat 460 H.),
al-Qusyairi (wafat 465
H.), al-Baqillani (wafat
403 H.), Imam al-Ghazali
(wafat 505 H.),
Fakhruddin ar-Razi
(wafat 606 H.), 'Izzuddin
bin Abdus-Salam (wafat
660 H.), Abdullah asy-
Syarqawi ( wafat 1227
H.), Ibrahim al-Bajuri
(wafat 1272 H.), Syekh
Muhammad Nawawi
Banten (wafat 1315 H.),
Zainal Abidin al-Fatani
(Thailand), dan lain-
lainnya.
Karya-karya tulis
mereka banyak
bertebaran dan
dijadikan pegangan di
seantero dunia Islam,
sehingga aqidah Ahlus-
Sunnah wal-Jama'ah itu
menjadi paham para
ulama dan umat Islam
mayoritas di berbagai
negeri seperti: Maroko,
Aljazair, Tunisia, Libya,
Turki, Mesir, sebagian
Irak, India, sebagian
Pakistan, Indonesia,
Filipina, Thailand,
Malaysia, Somalia,
Sudan, Nigeria,
Afghanistan, sebagian
Libanon, Hadhramaut,
sebagian Hijaz, sebagian
Yaman, sebagian besar
daerah Sovyet, dan
Tiongkok. (Untuk lebih
jelasnya, lihat "I'tiqad
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah" karya KH.
Siradjuddin Abbas,
diterbitkan oleh
Pustaka Tarbiyah
Jakarta).
Para Ulama pengikut
empat Mazhab (Hanafi,
Maliki, Syafi'I, dan
Hanbali) adalah
penganut aqidah Ahlus-
Sunnah wal-Jama'ah.
Ajaran aqidah Ahlus-
Sunnah wal-Jama'ah
inilah yang dijadikan
dasar oleh para ulama
untuk membolehkan
kebiasaan-kebiasaan
baik seperti: Peringatan
Maulid Nabi Muhammad
Saw., Isra' Mi'raj,
tahlilan kematian,
ziarah kubur,
menghadiahkan pahala
kepada orang
meninggal, ziarah ke
makam Rasulullah Saw.
dan orang-orang shaleh,
tawassul, dan lain
sebagainya, yang secara
substansial kesemuanya
didasari dengan dalil-
dalil yang kuat dari al-
Qur'an dan Hadis serta
Atsar para Sahabat
Rasulullah Saw.
Belakangan, Asy'ariyyah
sering dipisahkan
penyebutannya dari
Ahlussunnah Wal-
jama'ah, hal seperti ini
telah dilakukan oleh
Ibnu Taimiyah di dalam
pembahasan fatwa-
fatwanya yang
kemudian diikuti oleh
para pengikutnya, yaitu
kaum Salafi & Wahabi.
Akan tetapi, antara
pandangan Ibnu
Taimiyah dan kaum
Salafi & Wahabi di masa
belakangan tentang
Asy'ariyyah terdapat
perbedaan. Ibnu
Taimiyah berpandangan
bahwa aqidah
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah adalah aqidah
para ulama salaf (yaitu
para Shahabat
Rasulullah Saw. dan
para ulama yang hidup
di 3 generasi pertama
masa Islam + 300 H.),
bukan monopoli sebuah
kelompok saja seperti
Asy'ariyyah. Artinya,
Ibnu Taimiyah
berpendapat bahwa
para Shahabat
Rasulullah Saw., para
tabi'in, ulama madzhab
yang empat, dan siapa
saja yang berpedoman
kepada al-Qur'an, as-
Sunnah, serta ijma'
ulama salaf, adalah
Ahlussunnah Wal-
jama'ah (lihat Majmu'
Fatawa Ibni Taimiyah,
Dar 'Alam al-Kutub, juz
3, hal. 157).
Secara tidak langsung
Ibnu Taimiyah masih
mengakui Asy'ariyyah
termasuk bagian dari
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah terutama pada
pendapat-pendapat
yang ia anggap sejalan
dengan prinsip al-
Qur'an, as-Sunnah, dan
ijma' ulama salaf.
Sedangkan kaum Salafi
& Wahabi belakangan
lebih cenderung
menganggap
Asy'ariyyah sebagai
aliran sesat yang bukan
termasuk Ahlussunnah
Wal-jama'ah.
Pembahasan-
pembahasan Kaum
Salafi & Wahabi ini
kemudian mengarahkan
umat untuk
menganggap bahwa
Asy'ariyyah hanyalah
kelompok aliran ilmu
kalam (ilmu
pembicaraan) yang
tidak ada hubungannya
dengan nama
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah. Ilmu kalam
mereka anggap sebagai
hasil pembahasan-
pembahasan keyakinan
agama dengan logika
yang didasari oleh
pemikiran filsafat, dan
dengan keadaan seperti
itu ia banyak dikecam
oleh para ulama salaf.
Pertanyaannya,
bagaimana mungkin
kecaman para ulama
salaf terhadap
kelompok-kelompok ahli
kalam diarahkan
kepada Asy'ariyyah
sedangkan para ulama
salaf tersebut tidak
pernah menjumpai
Asy'ariyyah yang baru
muncul setelah mereka
wafat? Jika pun ada
kecaman itu, maka
sebenarnya yang
mereka kecam adalah
aliran-aliran aqidah
atau ilmu kalam yang
dianggap sesat dan
sudah berkembang di
saat itu, seperti:
Qadariyyah,
Jabbariyyah, Khawarij,
Syi'ah, dan Mu'tazilah.
Pendek kata,
Asy'ariyyah menurut
kaum Salafi & Wahabi
adalah bukan
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, melainkan
aliran bid'ah yang harus
dijauhi. Perhatikanlah
fatwa-fatwa ulama
Salafi & Wahabi berikut
ini:
Syaikh Abdullah bin
Abdurrahman al-Jibrin
berkata:
"Kemudian muncul juga
kelompok yang lain, dan
mereka menyebut
dirinya Asy'ariyah.
Mereka mengingkari
sebagian sifat Allah dan
menetapkan sebagian
yang lain. Mereka
menetapkan sifat-sifat
tersebut berdasar
kepada akal. Maka
tidak diragukan lagi
bahwa hal itu
merupakan bid'ah dan
perkara baru dalam
agama
Islam" (Ensiklopedia
Bid'ah, hal. 140).
Syaikh Muhammad bin
Musa Alu Nashr
berkata:
"Tetapi, apakah
Asya'irah dan
Maturidiyah itu
Ahlussunnah, ataukah
mereka termasuk Ahli
Kalam? Hakikatnya,
mereka ini termasuk
Ahli Kalam. Mereka
bukan termasuk
Ahlussunnah, walaupun
mereka ahlul-millah,
ahli qiblah (umat Islam).
Dikarenakan al-
Asya'irah dan
Maturidiyah itu
menyelisihi Ahlussunnah
Wal-Jama'ah" ( lihat
Majalah As-Sunnah,
edisi 01/tahun XII, April
208, hal. 35).
Ungkapan di atas
adalah sebuah fitnah
dan penipuan besar
terhadap Asy'ariyyah,
sebab tidak seorang pun
dari ulama yang
menyatakan hal seperti
itu kecuali kaum Salafi
& Wahabi.
Aqidah Ahlussunnah
Wal-Jama'ah memang
bukan hanya milik
Asy'ariyyah atau
Maturidiyyah saja. Siapa
saja yang berpegang
kepada al-Qur'an,
Sunnah Rasulullah Saw.,
dan atsar para Shahabat
beliau adalah termasuk
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, baik sebelum
Asy'ariyyah muncul atau
sesudahnya. Akan
tetapi, aqidah
(keyakinan)
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah seperti itu
belumlah tersusun
secara rapi dan masih
terpencar-pencar di
masa ulama salaf,
mengingat pada masa
itu para ulama
menghadapi cobaan
berat dari penguasa
yang beraqidah
Mu'tazilah (lihat I'tiqad
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, KH. Siradjuddin
Abbas, Pustaka
Tarbiyah, Jakarta, hal.
16).
Barulah pada masa
berikutnya, muncul Abul
Hasan Al-Asy'ari yang
menyusun aqidah
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah sebagai sebuah
perhatian khusus, dan
beliau bekerja keras
menyebarluaskannya di
kalangan umat sebagai
suatu rumusan yang rapi
sekaligus sebagai
bantahan-bantahan
terhadap aliran
Mu'tazilah. Dengan
sebab itulah maka Abul
Hasan al-Asy'ari
dianggap sebagai
pelopor atau pemimpin
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, dan para
pengikutnya yang
disebut Asya'irah secara
otomatis termasuk
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah. Perhatikanlah
pernyataan para ulama
berikut ini:
إِذَا أُطْلِقَ أَهْلُ
السُّنَّةِ فَالْمُرَادُ
بِهِ اْلأَشَاعِرَةُ
وَالْمَاتُرِيْدِيَّةُ
(إتحاف سادات المتقين،
محمد الزبدي، ج. 2، ص. 6 )
"Apabila disebut nama
Ahlussunnah secara
umum, maka maksudnya
adalah Asya'irah (para
pengikut faham Abul
Hasan al-Asy'ari) dan
Maturidiyah (para
pengikut faham Abu
Manshur al-
Maturidi" (Ithaf Sadat
al-Muttaqin,
Muhammad Az-Zabidi,
juz 2, hal. 6. Lihat I'tiqad
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, KH. Siradjuddin
Abbas, hal. 17).
وأما حكمه على الإطلاق وهو
الوجوب فمجمع عليه في
جميع الملل وواضعه أبو
الحسن الأشعري وإليه
تنسب أهل السنة حتى
لقبوا بالأشاعرة
(الفواكه الدواني، أحمد
النفراوي المالكي، دار
الفكر، بيروت، 1415، ج:
1 ص: 38 )
"Adapun hukumnya
(mempelajari ilmu
aqidah) secara umum
adalah wajib, maka
telah disepakati ulama
pada semua ajaran. Dan
penyusunnya adalah
Abul Hasan Al-Asy'ari,
kepadanyalah
dinisbatkan (nama)
Ahlussunnah sehingga
dijuluki dengan
Asya'irah (pengikut
faham Abul Hasan al-
Asy'ari)" (Al-Fawakih
ad-Duwani, Ahmad an-
Nafrawi al-Maliki, Dar
el-Fikr, Beirut, 1415, juz
1, hal. 38).
كذلك عند أهل السنة وإمامهم
أبي الحسن الأشعري
وأبي منصور الماتريدي
(الفواكه الدواني ج: 1 ص :
103)
"Begitu pula menurut
Ahlussunnah dan
pemimpin mereka Abul
Hasan al-Asy'ari dan
Abu Manshur al-
Maturidi" (Al-Fawakih
ad-Duwani, juz 1 hal.
103)
وأهل الحق عبارة عن أهل
السنة أشاعرة وماتريدية
أو المراد بهم من كان على
سنة رسول الله صلى الله
عليه وسلم فيشمل من
كان قبل ظهور الشيخين
أعني أبا الحسن الأشعري
وأبا منصور الماتريدي
(حاشية العدوي، علي
الصعيدي العدوي، دار
الفكر، بيروت، 1412 ج.
1، ص. 151 )
"Dan Ahlul-Haqq (orang-
orang yang berjalan di
atas kebenaran) adalah
gambaran tentang
Ahlussunnah Asya'irah
dan Maturidiyah, atau
maksudnya mereka
adalah orang-orang
yang berada di atas
sunnah Rasulullah Saw.,
maka mencakup orang-
orang yang hidup
sebelum munculnya dua
orang syaikh tersebut,
yaitu Abul Hasan al-
Asy'ari dan Abu
Manshur al-
Maturidi" (Hasyiyah
Al-'Adwi, Ali Ash-Sha'idi
Al-'Adwi, Dar El-Fikr,
Beirut, 1412, juz 1, hal.
105).
والمراد بالعلماء هم أهل
السنة والجماعة وهم أتباع
أبي الحسن الأشعري
وأبي منصور الماتريدي
رضي الله عنهما (حاشية
الطحطاوي على مراقي
الفلاح، أحمد الطحطاوي
الحنفي، مكتبة البابي
الحلبي، مصر، 1318، ج.
1، ص. 4 )
"Dan yang dimaksud
dengan ulama adalah
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, dan mereka
adalah para pengikut
Abul Hasan al-Asy'ari
dan Abu Manshur al-
Maturidi radhiyallaahu
'anhumaa (semoga Allah
ridha kepada
keduanya)" (Hasyiyah
At-Thahthawi 'ala
Maraqi al-Falah, Ahmad
At-Thahthawi al-Hanafi,
Maktabah al-Babi al-
Halabi, Mesir, 1318, juz
1, hal. 4).
Pernyataan para ulama
di atas menunjukkan
bahwa tuduhan dan
fitnahan kaum Salafi &
Wahabi terhadap
Asy'ariyyah adalah tidak
benar dan merupakan
kebohongan yang diada-
adakan. Di satu sisi
mereka mengeliminasi
(meniadakan)
Asy'ariyyah dari daftar
kumpulan Ahlussunnah
Wal-Jama'ah, di sisi lain
mereka malah dengan
yakinnya menyatakan
diri sebagai kelompok
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah yang
sebenarnya.
Boleh dibilang bahwa
aqidah Ahlussunnah
Wal-Jama'ah di masa
belakangan yang
diajarkan oleh para
ulama di dalam kitab-
kitab mereka tidak ada
yang tidak berhubungan
dengan Asy'ariyyah,
malah hubungan ini
seperti sudah menjadi
mata rantai yang baku
dalam mempelajari ilmu
aqidah. Hanya kaum
Salafi & Wahabi lah
yang menolak adanya
hubungan itu, dan
dalam mengajarkan
ilmu aqidah mereka
langsung berhubungan
dengan ajaran para
ulama salaf. Padahal
Abul Hasan al-Asy'ari
sudah lebih dulu
menjelaskan ajaran
para ulama salaf
tersebut jauh-jauh hari
sebelum kaum Salafi &
Wahabi muncul, apalagi
masa hidup beliau
sangat dekat dengan
masa hidup para ulama
salaf.
Sebutan Ahlussunnah
Wal-Jama'ah bagi
Asy'ariyyah dan
"pemimpin Ahlussunnah
Wal-Jama'ah" bagi Abul
Hasan al-Asy'ari,
hanyalah sebagai suatu
penghargaan dari para
ulama setelah beliau
atas jasa-jasa beliau
dalam menyusun aqidah
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah serta
perjuangan beliau
dalam mempopulerkan
dan
menyebarluaskannya di
saat aqidah sesat
Mu'tazilah masih
berkuasa. Tentunya, ini
tidak berarti bahwa
faham Asy'ariyyah atau
Maturidiyyah adalah
satu-satunya yang sah
disebut sebagai
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, sebab baik
Abul Hasan al-Asy'ari
maupun Abu Manshur
al-Maturidi hanyalah
menyusun apa yang
sudah diyakini oleh para
ulama salaf yang
bersumber kepada al-
Qur'an, Sunnah
Rasulullah Saw., dan
atsar para Shahabat.
Jadi, mereka hanya
menyusun apa yang
sudah ada, bukan
mencipta keyakinan
yang sama sekali baru.
Di saat para ulama
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah merasa
berbahagia dengan
mengakui diri sebagai
pengikut ajaran
Asy'ariyyah, kaum Salafi
& Wahabi justeru malah
melepaskan diri dari
ikatan itu, dan
memberlakukan
terminologi umum
tentang Ahlussunnah
wal-Jama'ah yang tidak
ada hubungannya
dengan Asy'ariyyah. Itu
memang hak mereka,
tetapi masalahnya, bila
di dalam mempelajari
aqidah tidak ada format
baku yang disepakati
atau tidak ada ikatan
yang jelas dengan para
ulama terdahulu dalam
memahami al-Qur'an
dan Sunnah Rasulullah
Saw. serta atsar para
Shahabat, maka akan
ada banyak orang yang
dapat seenaknya
mengaku sebagai
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah dengan hanya
bermodal dalil-dalil
yang mereka pahami
sendiri. Dan keadaan ini
berbahaya bagi
keselamatan aqidah
umat Islam.
Sebagai contoh, kaum
Salafi & Wahabi boleh
saja mengaku sebagai
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah yang tidak ada
hubungan sejarah
dengan Asy'ariyyah,
tetapi asal tahu saja,
ternyata tidak seorang
pun ulama Ahlussunnah
Wal-Jama'ah yang
berfatwa atau
berpendapat seperti
mereka bahwa memuji
dan menyanjung
Rasulullah Saw.,
bertawassul dengan
beliau setelah wafatnya,
dan bertawassul dengan
para wali atau orang
shaleh yang sudah
meninggal adalah
sebuah sarana
kemusyrikan. Jadi,
siapakah yang lebih
pantas disebut
Ahlussunnah Wal-
Jama'ah, kaum Salafi &
Wahabi yang memahami
aqidah para ulama salaf
dengan caranya sendiri
sehingga berbeda
kesimpulan dengan para
ulama salaf itu, ataukah
para pengikut
Asy'ariyyah yang
menerima ajaran aqidah
ulama salaf secara
turun temurun dari
generasi ke generasi
melalui para guru dan
kitab-kitab mereka?
sumber:
www.daarulmukhtar.org

Senin, 21 Februari 2011

IBLIS DI TUNTUT UNTUK JUJUR, KETIKA BERTAMU KE NABI MUHAMMAD S.A.W.W.





Dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas: Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba-tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah:
 "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk? Sebab kalian akan membutuhkanku."
 Rasulullah bersabda: "Tahukah kalian siapa yang memanggil?"
 Kami menjawab: "Allah dan rasulNya yang lebih tahu".
 Beliau melanjutkan, "Itu iblis, laknat Allah bersamanya".
 Umar bin Khattab berkata: "izinkan aku membunuhnya wahai Rasulullah".
 Nabi menahannya: "Sabar wahai Umar, bukankah kamu tahu bahwa Allah memberinya kesempatan hingga hari kiamat? Lebih baik bukakan pintu untuknya, sebab dia telah diperintahkan untuk ini, pahamilah apa yang hendak ia katakan dan dengarkan dengan baik."
 Ibnu Abbas RA berkata: pintu lalu dibuka, ternyata dia seperti seorang kakek yang cacat satu matanya. Di janggutnya terdapat 7 helai rambut seperti rambut kuda, taringnya terlihat seperti taring babi, bibirnya seperti bibir sapi. Iblis berkata: "Salam untukmu Muhammad. Salam untukmu para hadirin",
 Rasulullah SAW lalu menjawab: "Salam hanya milik Allah SWT. Sebagai mahluk terlaknat, apa keperluanmu?"
 Iblis menjawab: "Wahai Muhammad, aku datang ke sini bukan atas kemauanku, namun karena terpaksa". "Siapa yang memaksamu? " "Seorang malaikat utusan Allah mendatangiku dan berkata: Allah SWT memerintahkanmu untuk mendatangi Muhammad sambil menundukkan diri. Beritahu Muhammad tentang caramu dalam menggoda manusia. Jawabalah dengan jujur semua pertanyaannya. Demi kebesaran Allah, andai kau berdusta satu kali saja, maka Allah akan jadikan dirimu debu yang ditiup angin". "Oleh karena itu aku sekarang mendatangimu. Tanyalah apa yang hendak kau tanyakan. jika aku berdusta, aku akan dicaci oleh setiap musuhku. Tidak ada sesuatu pun yang paling besar menimpaku daripada cacian musuh.
ORANG YANG DI BENCI IBLIS
Rasulullah SAW lalu bertanya kepada Iblis:

 "Kalau kau benar jujur, siapakah manusia yang paling kau benci?" Iblis segera menjawab: "Kamu, kamu dan orang sepertimu adalah mahkluk Allah yang paling aku benci."
 "Siapa selanjutnya?" tanya Rasulullah. "Pemuda yang bertakwa yang memberikan dirinya mengabdi kepada Allah SWT."
 "Lalu siapa lagi?" "Orang Alim dan wara' (Loyal)"
 "Lalu siapa lagi?" "Orang yang selalu bersuci."
 "Siapa lagi?" "Seorang fakir yang sabar dan tak pernah mengeluhkan kesulitannnya kepada orang lain." "Apa tanda kesabarannya?" " Wahai Muhammad, jika ia tidak mengeluhkan kesulitannya kepada orang lain selama 3 hari, Allah akan memberi pahala orang-orang yang sabar"
. "Selanjutnya apa?" "Orang kaya yang bersyukur"
 "Apa tanda kesyukurannya?" "Ia mengambil kekayaannya dari tempatnya, dan mengeluarkannya juga dari tempatnya."
 "Orang seperti apa Abu Bakar menurutmu?" "Ia tidak pernah menurutiku di masa jahiliyah, apalagi dalam Islam."
 "Umar bin Khattab?" "Demi Allah setiap berjumpa dengannya aku pasti kabur."
 "Usman bin Affan?" "Aku malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya."
 "Ali bin Abi Thalib?" " Aku berharap darinya agar kepalaku selamat, dan berharap ia melepaskanku dan aku melepaskannya. Tetapi ia tak akan mau melakukan itu."
 (Ali bin Abi Thalib selau berdzikir terhadap Allah SWT).


AMALAN YANG DAPAT MENYAKITI IBLIS

"Apa yang kau rasakan jika melihat seseorang dari umatku yang hendak saalat?" "Aku merasa panas dingin dan gemetar."
 "Kenapa?" "Sebab, setiap seorang hamba bersujud 1x kepada Allah, Allah mengangkatnya 1 derajat."
  "Jika seorang umatku berpuasa?" "Tubuhku terasa terikat hingga ia berbuka."
 "Jika ia berhaji?" "Aku seperti orang gila."
 "Jika ia membaca Alquran?" "Aku merasa meleleh laksana timah di atas api."
 "Jika ia bersedekah?" "Itu sama saja orang tersebut membelah tubuhku dengan gergaji."
 "Mengapa bisa begitu?" "Sebab dalam sedekah ada 4 keuntungan baginya. yaitu keberkahan dalam hartanya, hidupnya disukai, sedekah itu kelak akan menjadi hijab antara dirinya dengan api neraka dan segala macam musibah akan terhalau dari dirinya."
 "Apa yang dapat mematahkan pinggangmu?" "Suara kuda perang di jalan Allah."
 "Apa yang dapat melelehkan tubuhmu?" "Taubat orang yang bertaubat."
 "Apa yang dapat membakar hatimu?" "Istighfar di waktu siang dan malam."
 "Apa yang dapat mencoreng wajahmu?" "Sedekah yang diam - diam."  
 "Apa yang dapat menusuk matamu?" "Salat fajar"
 "Apa yang dapat memukul kepalamu?" "Saalat berjamaah."
 "Apa yang paling mengganggumu?" "Majelis para ulama."
 "Bagaimana cara makanmu?" "Dengan tangan kiri dan jariku."
 "Dimanakah kau menaungi anak - anakmu di musim panas?" "Di bawah kuku manusia." Manusia yang Menjadi Teman Iblis

 Nabi lalu bertanya:

 "Siapa temanmu wahai Iblis?" "Pemakan riba" "Siapa sahabatmu?" "Pezina"
 "Siapa teman tidurmu?" "Pemabuk"
 "Siapa tamumu?" "Pencuri"
 "Siapa utusanmu?" "Tukang sihir"
 "Apa yang membuatmu gembira?" "Bersumpah dengan cerai"
 "Siapa kekasihmu?" "Orang yang meninggalkan salat Jumaat"
 "Siapa manusia yang paling membahagiakanmu?" "Orang yang meninggalkan salatnya dengan sengaja"

IBLIS TIDAK BERDAYA DI HADAPAN ORANG IKHLAS
Rasulullah SAW lalu bersabda: "Segala puji bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu." Iblis segera menimpali: " tidak, tidak. Tak akan ada kebahagiaan selama aku hidup hingga hari akhir. Bagaimana kau bisa berbahagia dengan umatmu, sementara aku bisa masuk ke dalam aliran darah mereka dan mereka tak bisa melihatku. Demi yang menciptakan diriku dan memberikan ku kesempatan hingga hari akhir, aku akan menyesatkan mereka semua. Baik yang bodoh, atau yang pintar, yang bisa membaca dan tidak bisa membaca, yang durjana dan yang saleh, kecuali hamba Allah yang ikhlas." "Siapa orang yang ikhlas menurutmu?" "Tidakkah kau tahu wahai Muhammad, bahwa barang siapa yang menyukai emas dan perak, ia bukan orang yang ikhlas. Jika kau lihat seseorang yang tidak menyukai dinar dan dirham, tidak suka pujian dan sanjungan, aku bisa pastikan bahwa ia orang yang ikhlas, maka aku meninggalkannya. Selama seorang hamba masih menyukai harta dan sanjungan dan hatinya selalu terikat dengan kesenangan dunia, ia sangat patuh padaku."


Iblis Dibantu oleh 70.000 anak - anaknya

Tahukah kamu Muhammad, bahwa aku mempunyai 70.000 anak. Dan setiap anak memiliki 70.000 syaithan. Sebagian ada yang aku tugaskan untuk mengganggu ulama. Sebagian untuk menggangu anak-anak muda, sebagian untuk menganggu orang- orang tua, sebagian untuk menggangu wanta-wanita tua, sebagian anak-anakku juga aku tugaskan kepada para Zahid. Aku punya anak yang suka mengencingi telinga manusia sehingga ia tidur pada salat berjamaah. Tanpanya, manusia tidak akan mengantuk pada waktu salat berjamaah. Aku punya anak yang suka menaburkan sesuatu di mata orang yang sedang mendengarkan ceramah ulama hingga mereka tertidur dan pahalanya terhapus. Aku punya anak yang senang berada di lidah manusia. Jika seseorang melakukan kebajikan lalu ia beberkan kepada manusia, maka 99% pahalanya akan terhapus. Pada setiap seorang wanita yang berjalan, anakku dan syaithan duduk di pinggul dan pahanya, lalu menghiasinya agar setiap orang memandanginya. Syaithan juga berkata, "keluarkan tanganmu", lalu ia mengeluarkan tangannya lalu syaithan pun menghiasi kukunya. Mereka, anak-anakku selalu meyusup dan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, dari satu pintu ke pintu yang lainnya untuk menggoda manusia hingga mereka terhempas dari keikhlasan mereka. Akhirnya mereka menyembah Allah tanpa ikhlas, namun mereka tidak merasa. Tahukah kamu, Muhammad? bahwa ada rahib yang telah beribadat kepada Allah selama 70 tahun. Setiap orang sakit yang didoakan olehnya, sembuh seketika. Aku terus menggodanya hingga ia berzina, membunuh dan kufur.


10 Permintaan Iblis kepada Allah SWT

Tahukah kau Muhammad, dusta berasal dari diriku? Akulah mahluk pertama yang berdusta. Pendusta adalah sahabatku. barangsiapa bersumpah dengan berdusta, ia kekasihku. Tahukah kau Muhammad? Aku bersumpah kepada Adam dan Hawa dengan nama Allah bahwa aku benar-benar menasihatinya. Sumpah dusta adalah kegemaranku. Ghibah (gosip) dan Namimah (adu domba) kesenanganku. Kesaksian palsu kegembiraanku. Orang yang bersumpah untuk menceraikan istrinya ia berada di pinggir dosa walau hanya sekali dan walaupun ia benar. Sebab barang siapa membiasakan dengan kata-kata cerai, isterinya menjadi haram baginya. Kemudian ia akan beranak cucu hingga hari kiamat. Jadi semua anak-anak zina dan ia masuk neraka hanya karena satu kalimat, Cerai. Wahai Muhammad, umatmu ada yang suka mengulur ulur salat. Setiap ia hendak berdiri untuk salat, aku bisikan padanya waktu masih lama, kamu masih sibuk, lalu ia manundanya hingga ia melaksanakan salat di luar waktu, maka shalat itu dipukulkannya kemukanya. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku biarkan ia salat. Namun aku bisikkan ke telinganya 'lihat kiri dan kananmu', ia pun menoleh. Pada saat itu aku usap dengan tanganku dan kucium keningnya serta aku katakan 'salatmu tidak sah'. Bukankah kamu tahu Muhammad, orang yang banyak menoleh dalam salatnya akan dipukul. Jika ia salat sendirian, aku suruh dia untuk bergegas. Ia pun salat seperti ayam yang mematuk beras. Jika ia berhasil mengalahkanku dan ia salat berjamaah, aku ikat lehernya dengan tali, hingga ia mengangkat kepalanya sebelum imam, atau meletakkannya sebelum imam. Kamu tahu bahwa melakukan itu batal salatnya dan wajahnya akan diubah menjadi wajah keledai. Jika ia berhasil mengalahkanku, aku tiup hidungnya hingga ia menguap dalam salat. Jika ia tidak menutup mulutnya ketika menguap, syaithan akan masuk ke dalam dirinya, dan membuatnya menjadi bertambah serakah dan gila dunia. Dan ia pun semakin taat padaku. Kebahagiaan apa untukmu, sedangan aku memerintahkan orang miskin agar meninggalkan salat. Aku katakan padanya, "kamu tidak wajib salat, salat hanya wajib untuk orang yang berkecukupan dan sehat. Orang sakit dan miskin tidak. Jika kehidupanmu telah berubah baru kau salat." Ia pun mati dalam kekafiran. Jika ia mati sambil meninggalkan salat maka Allah akan menemuinya dalam kemurkaan. Wahai Muhammad, jika aku berdusta Allah akan menjadikanku debu. Wahai Muhammad, apakah kau akan bergembira dengan umatmu padahal aku mengeluarkan seperenam mereka dari Islam?"

"Berapa yang kau pinta dari Tuhanmu?" "10 macam" "Apa saja?" "Aku minta agar Allah membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah berfirman, "Berbagilah dengan manusia dalam harta dan anak. Dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali tipuan." (QS Al-Isra :64) Harta yang tidak dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang bercampur dengan riba. Aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama Allah. Aku minta agar Allah membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa berlindung dengan Allah. Maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan akan sangat patuh kepada syaithan. Aku minta agar bisa ikut bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal. Aku minta agar Allah menjadikan kamar mandi sebagai rumahku. Aku minta agar Allah menjadikan pasar sebagai masjidku. Aku minta agar Allah menjadikan syair sebagai Quranku. Aku minta agar Allah menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku. Aku minta agar Allah memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk maksiat sebagai saudaraku. Allah berfirman, "Orang - orang boros adalah saudara - saudara syaithan. " (QS Al-Isra : 27) Wahai Muhammad, aku minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa melihatku. Dan aku minta agar Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia. Allah menjawab, "silahkan", aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat. Sebagian besar manusia bersamaku di hari kiamat. Iblis berkata: "Wahai Muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan dan menggoda." Jika aku bisa menyesatkan, tak akan tersisa seorangpun. Sebagaimana dirimu, kamu tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan amanah. Jika kau bisa memberi hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara. Orang yang bahagia adalah orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya. Rasulullah SAW lalu membaca ayat: "mereka akan terus berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT" (QS Hud :118 - 119). Juga membaca, " Sesungguhnya ketentuan Allah pasti berlaku" (QS Al-Ahzab: 38) Iblis lalu berkata: " Wahai Rasul Allah takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang telah menjadikan aku pemimpin mahluk- mahluk celaka dan pemimpin penduduk neraka. Aku si celaka yang terusir. Ini akhir yang ingin aku sampaikan kepadamu. Dan aku tak berbohong".

Pentingnya Sanad Ke-guru-an

Assalamu'alaikum.

 Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita dengan yang sebelum kita, hubungan, sanad adalah hubungan kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam maknanya ini secara istilahi adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita yaitu orang yang dijadikan guru sanadnya atau hadits, sanad hadits misalnya mengambil dari fulan, dari fulan, dari fulan itu salah satu contoh sanad dan sanad kita sanad keguruan dari guru saya, guru saya dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya, sampai Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau dari saya bermadzhabkan syafi’i karena guru saya bermadzhab syafi’i, saya ikut guru saya, guru saya ikut guru nya mahdzabnya syafi’i terus sampai ke imam syafi ’i itu sanad namanya.
Imam madzhab dari guru lebih berhak di panut dari pada melihat hanya dari buku atau dari internet saja, orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah.






 "Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yg tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw," (Habib Munzir) Allah subhanahu wata'ala memberikan anugrah kepada kita guru, guru adalah panutan yang layak kita panut dan kita muliakan, guru adalah ayah Ruh, sedangkan ayah kita adalah ayah Jasad, guru adalah pewaris para Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, selama guru itu berjalan di jalan yang benar dan dia memanut gurunya, Guru yang baik itu adalah guru yang berusaha mengamalkan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan banyak para murid yang tidak mengerti, perbuatan gurunya itu sebenarnya perbuatan sunnah Rasul yang tidak di ketahui karna ia tidak tau, maka itu dia bertanya pada gurunya “guru setau saya di hadits begini, kenapa guru begini ?” oh begini ada Hadits lain, ini kenapa saya memilih ini ” hal seperti itu penting, dan ikuti guru yang mengikuti gurunya, kalau sudah guru tidak mengikuti gurunya, maka hati-hati guru ini dapat guru dari mana? sedangkan gurunya dapat dari yang lain, siapa guru yang lain...?      

                                                  

Jangan-jangan gurunya Syaitan, diliat gurunya mengikuti gurunya, berarti dia bisa belajar kepada guru dari gurunya, gurunya siapalagi diatasnya lagi, oh Imam anu, Syekh anu, dari anu, besar sanad gurumu 3 saja cukup apalagi Sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sekarang banyak guru yang mengaku “saya bersambung kepada Rasulullah, tapi mengikuti gurunya tidak? Kalau dia tidak mengikuti gurunya maka tentunya kita juga berfikir, walaupun kau punya seribu sanad, kalau tidak mengikuti gurunya berarti siapa, sanadnya kemana..? 
Hati-hati mengikuti guru, kalian itu kalau berguru itu seakan-akan sedang makanan untuk ruh kalian itu, kitakan kalau makan kita lihat apa yang kita makan, apakan makanan itu halal atau haram, apakah yang kita makanan ini racun apakan makanan yang bermanfaat, kalau jasad saja begitu, lebih-lebih ruh, di dalam mencari guru yang benar, guru yang baik mengikuti ahlusunah waljamaah, yang memang tidak berbeda dengan guru yang lain sama tuntunannya, baik orangnya yang mengamalkan amalan-amalan sunnah, dan walaupun tidak sempurna, tiada manusia yang sempurna, dia mengikuti gurunya, mencintai gurunya, di cintai gurunya, demikian gurunya juga orang mulia, gurunya lagi juga berguru pada gurunya. Demikian,

Kita Insya Allah sanad kita bersambung kepada Guru Mulia al Musnid Al alamah Al Habib Umar bin Hafidz, beliau ini tentunya sama sanatnya denagn para imam-imam besar, di Jakarta maupun di seluruh Indonesia, dari para Habaib, dan para Ulama, dan Para Khiyai, sanatnya bersambung kepada Syekh Tabbani, Al Habib Ali bin Muhammad Abdurrahman Al Habsyi kwitang, kepada Habib Salim bin Jindan, kepada Habib syekh Ali allatos, kepada Habib Umar bin Hud, Habib Salim alathos, pada Salafushalihin, banyak para-para ulama dan khiyai, yang sanadnya satu persatu bersambung dan bersambung kembali kepada satu sanad hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

 Ingat Nabi allah Musa As, yang Allah subhanahu wata'ala beri teguran
Allah SWT: “adakah yang lebih alim dari engkau ?” 
Nabi Musa a.s.: tidak ada “aku orang yang paling alim” 
Maka Allah menurunkan malaikat Jibril,
Malaikat Jibri; “ada orang yang lebih alim dari engkau wahai Musa ” 
Nabi Musa a.s: siapa tunjukan “ Khidir As” “dimana bisa kutemukan?” 
Malaikat Jibril: di pecahan antara dua laut, 
Maka Nabi Musa pun mencarinya, di dalam surat Al Kahfi, jumpa dengan Nabiallah Khidir, bagaimana adab seorang Rasul, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya dari Nabi Khidir dihadapan Allah, karna Nabi Musa adalah Rasul, Nabi Khidir adalah Nabi, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya namun karna ingin belajar ia berkata,
Nabi Musa a.s: “bolehkah aku ikut engkau untuk mendapatkan ilmu yang telah Allah berikan padamu”, ini ucapan seorang Rasulullah As, Nabi Khidir yang padahal derajatnya di bawahnya, di dalam kedekatan kepada Allah, namun Nabi Khidir mempunya ilmu-ilmu yang tidak di ketahui Nabi Musa, Nabi Musa ingin belajar
Nabi Musa a.s: “bolehkah aku ikut denganmu tuk belajar ilmu-ilmu yang Allah berikan kepadamu ”, 
Maka Nabi Khidir as berkata :"kau tidak akan bisa sampai ikut aku, kenapa karna beda jalannya, Nabiallah Khidir di jalan Makrifah, Nabiallah Musa dengan jalan syari’ah sebagai Rasul As, Namun kita lihat adab seorang Rasul, bahkan seorang Nabi ingin belajar kepada yang dibawah derajatnya. Demikian indahnya, Juga Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah berkata 30 tahun aku mendo’akan guruku itu, yaitu Al Imam Syafi ’i, tiap malam selama 30 tahun mendoakan guruku, sehingga ia akhirnya sampai kepada kelompok Huffadhudduniya (orang-orang yang paling banyak hafalan haditsnya), di seluruh dunia ini diantaranya Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah, hadirin hadirat banyak contoh akan hal ini, banyak kemuliaan akan hal ini. Demikian pula adab Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi rahmatullah, ketika dikatakan oleh gurunya bahwa “siapa itu Fakhrul wujud?, fakhrul wujud Abu bakar bin salim tidak menyamai seujung kukuku ini..!!, seperti ujung kukuku.. !!” ini kata gurunya, maka sampai kabar kepada al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar bin Salim, Abu Bakar bin Salim sujud sukur, lalu dia berkata, ditanya oleh murid muridnya : “koq sujud syukur Kau di hina oleh gurumu?, dikatakan kau seujung kukunya ” dia berkata “aku bersyukur pada Allah, aku sudah seujung kuku guruku, itu kemuliaan besar bagiku ” demikian adab dari Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi Rahmatullah kepada gurunya, sehingga dia memuliakan oleh Allah subhanahu wata'ala, melebihi gurunya hingga Allah memuliakan dia hingga dia melebihi gurunya. Kita semua masing- masing mempunyai guru, masing-masing memilih guru, di wilayah-wilayah kalian, namun hati- hati memilih guru, siapa gurunya apakah ia mengikuti gurunya, apakah gurunya Cuma Google atau yahoo. hati- hati pada guru-guru yang seperti itu, akhirnya semuanya Bid ’ah, semuanya syirik dan lain sebagainya, padahal Cuma nukil-nukil saja di internet, guru yang seperti itu tidak usah dijadikan guru, dijadikan teman saja, boleh nasehati dengan baik. Kita Mohon Rahmatnya Allah subhanahu wata'ala dengan keberkahan Guru2 mulia kita , agar Allah subhanahu wata'ala melimpahkan Rahmatnya kepada kita dan semoga Allah swt selalu menguatkan kita dalam keluhuran dunia dan akhirat bersama guru guru kita hingga Rasul saw.... Amiin Allahumma Amiin. 


majelisdinding.blogspot.com