Tampilkan postingan dengan label menziarahi rasulullah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label menziarahi rasulullah. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Oktober 2016

Maqam Rasulullah

                         

                                                                بسم الله الر حمن الر حيم.  



        Rahasia Ruangan Makam Nabi Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam,
Tidak seperti penutup Ka'bah yang setiap tahun harus di ganti, penutup ruangan Makam Nabi sangatlah jarang diganti, itu karena penutup makam itu terletak didalam ruangan tertutup dan tak pernah tersentuh oleh siapapun, terakhir kali diganti pada tahun 1971m, (biasanya di ganti setelah 100thn sekali) dan seorang wartawan Al Arabiya Omar Al - Midwahy, beberapa waktu lalu mewawancarai salah satu dari pekerja yang bertugas untuk mengganti penutup Makam Rasulullah, yaitu Syaikh Ahmad Sahirty, beliau adalah kepala divisi bordir di pabrik kain penutup Ka'bah dan Makam Rasulullah Shallallahu alaihi wa alaa aalihi wasallam di Makkah. Saat melakukan tanya jawab ini umur Syaikh Ahmad sudah sangat sepuh (hampir 100thn),
Ketika saya memintanya untuk menjelaskan kepadaku tentang Ruang makam Nabi, dia tampak bergetar hebat, Dan dia berkata dengan suara samar:
"Bagaimana aku bisa mengungkapkan perasaanku pada saat aku memasuki ruang makam Nabi ... aku tidak mampu .. Karena itu sudah diluar batas kemampuan aku berbicara, dan aku tidak pernah berpikir bahwa suatu hari aku akan ditanyakan tentang pengalaman ini. Dan aku menjamin bahwa aku tidak akan dapat melakukan atau melalui pengalaman itu lagi".
"Kami adalah orang pertama yang masuk, bersama Sayyidil Habib As'ad Sheera, salah satu tokoh al-Madina al-Munawwarah, yang merupakan direktur wakaf keagamaan Madina pada saat itu, dan Habib Moghrabi dari manajemen pabrik, dan Abd al-Karim Flomban, Nasir Qari, Abd al-Rahim Bukhari dan lain-lain. Kami berjumlah 13 orang, aku tidak ingat sebagian besar dari mereka, karena saat ini mereka telah meninggal dunia kembali kepada rahmat Allah.
"Kami didampingi kepala Suku Aghas (pemegang dan penjaga makam nabi turun temurun).
"Lihatlah lensa kacamata ini -dan ia menunjuk ketebalan kacamatanya - dan lihatlah berapa banyak rambut putih, itu semua menunjukkan berapa berat tahun kehidupan yang ku bawa. Usia ku, meski tidak menghitung, tapi aku pernah mendengar mereka mengatakan bahwa aku lahir pada tahun 1333 H (1917 M).
       Dan seumur hidupku, aku tidak memiliki kegemaran selain kecintaaan pada aroma indah / parfum. Aku telah menghabiskan jangka waktu yang panjang di tahun-tahun yang tertinggal, berusaha untuk memuaskan nafsu mencium segala keharuman yang ada. Aku belajar banyak, dan aku dapat memberitahu Anda dengan keyakinan: bahwa aku memiliki keahlian khusus bagaimana mencampur minyak wangi dan menghasilkan wewangian terbaik..dan bahwa hampir tidak ada orang lain yang bisa membuat wewangian seperti racikanku.

      "Dan aku katakan ini karena aku menemukan ketidakmampuan untuk menjelaskan, apa yang terjadi pada malam yang diberkati itu, ketika pintu dibuka untuk kami, dan kami memasuki ruang pemakaman baginda Nabi, aku menghirup keharuman dan aroma yang tidak pernah ku ketahui atau mencium sebelumnya maupun sesudahnya, dan tidak pernah dikenal seumur hidupku. Aku tidak pernah tahu rahasia komposisinya: itu adalah keharuman di atas keharuman, aroma diatas aroma - sesuatu yang lain dari pada yang lain, bahkan akan membuat takjub seorang ahli sekalipun, atau pedagang parfum manapun juga tidak akan pernah mencium seperti itu sebelum atau sesudahnya
Ketika malam itu pintu makam dibuka, perasaan takjub begitu lengkap mengambil alih semua perhatianku, Ini adalah tempat teragung dimuka bumi, aku tidak tahu persis berapa luasnya, tetapi menurut taksiran kami, Ruang makam itu sekitar 48 meter persegi. Dengan ketinggian kurang lebih 11 meter, Di bawah kubah hijau ada kubah kecil lainnya dan tertulis di situ, :

-Makam Nabi صلى الله عليه وآله وسلم,
-Makam Abu Bakar al-Siddiq,
-Makam Umar ibn al-Khattab.




      "Dan aku juga melihat bahwa ada makam lain yang kosong, dan di samping empat makam adalah ruang dari Sayyidah Fatimah al-Zahra Alaihasalaam, yang merupakan rumah di mana dia dan keluarganya tinggal.
"Kekaguman terhadap tempat itu sangatlah istimewa, Aku begitu terpesona melihat lampu lampu antik yang menggantung dari langit-langit ruang, peninggalan dari zaman kuno, kami diberitahu bahwa ada beberapa peninggalan Nabi yang disimpan di tempat lain - aku tidak tahu di mana - tapi aku tahu bahwa beberapa benda bersejarah ada yang disimpan di ruang Sayyidah Fatimah al-Zahra -yaitu di tempat yang sama ini. "Ruang ini, sebagian besar tertutup kain tenunan yang terbuat dari sutra murni, berwarna hijau lembut dengan kain katun yang kuat, dan dimahkotai oleh sabuk yang mirip dengan penutup Ka'bah, tetapi disini berwarna merah. Seperempat bagian dari kain dibordir dengan tulisan ayat Al Qur'an yang mulia dari surat al-Fath, terbuat dari garis kapas dan benang emas dan perak"..

     "Dari saking kagumnya kami sampai tidak tahu bagaimana untuk menghapus / membersihkan potongan potongan khusus yang dibuat untuk menempelkan kain pada kubah - jari-jari kami goyang bergetar dan napas kami menderu berlomba. Kami tinggal selama 14 malam penuh bekerja dari setelah sholat Isha sampai azan pertama waktu Fajr untuk menyelesaikan tugas ini. Kami menggunakan bahasa sinyal dan kalau terpaksa berbicara akan kami lakukan dengan berbisik bisik, Kami terus menghapus potongan-potongan lama, melepas simpul dari penutup lama, dan membersihkan semua debu dan bulu merpati yang terjebak di tempat yang suci ini. Itu terjadi pada tahun 1971m, dan penutup lama yang kami ganti telah berusia 75 tahun sesuai dengan tanggal yang tertulis di atasnya.

        Aku, pada waktu itu mataku sudah lemah dan kacamata ini tidak pernah meninggalkan mata ku sejak bertahun tahun sebelumnya, tapi di ruang itu aku berubah menjadi orang lain, sungguh Aku merasakan hal itu, dan perbedaan itu sangat jelas bagi ku, Syekh Sahirty bersumpah, ketika mengatakan: "di situ Aku sanggup untuk menempatkan benang ke lubang jarum tanpa kacamata ku, meskipun cahaya sangat redup ditempat di mana kami bekerja. Bagaimana Anda bisa secara ilmiah menjelaskan hal ini ? Dan bagaimana Anda bisa menjelaskan fakta bahwa aku tidak merasa alergi (aku adalah penderita alergi akut), aku akan batuk parah jika sedikit terkena debu. Tapi pada waktu itu, aku sama sekali tidak terpengaruh oleh debu ruangan, atau pasir yang terbang ke udara. Seakan pasir tidak lagi pasir, dan seolah-olah debu menjadi obat untuk penyakit ku, aku merasa bersemangat dan muda seperti ketika usiaku belasan tahun (padahal waktu itu usiaku sudah lebih dari setengah abad)..

      "Satu lagi hal yang aneh terjadi padaku yang rahasia nya, belum aku mengerti hingga saat ini. Kami harus mengambil kain bordir / penutup lama, sepanjang 36 meter, masih tersisa. Aku mengatakan kepada mereka untuk melipat dan membungkusnya dan meninggalkannya disitu. Aku pergi ke sana, dan meskipun tubuh ini sudah tua dan lemah, tapi aku sanggup memanggulnya di atas bahu ini. Aku pergi keluar dari Ruang mulia itu tanpa sedikitpun merasa berat. Tapi setelah itu, mereka datang dengan lima orang muda untuk membawanya dari tempat aku meletakkannya dan mereka tidak bisa [membawanya]. "

 Syaikh Ahmad mulai menangis pelan pelan dan sambil mendesah: "Mereka bertanya siapa yang membawa karung bungkusan itu keluar? Yang bagi mereka sangat berat dan 5 orang muda dan kuat tak sanggup mengangkatnya, saat kujawab aku yang mengangkatnya, mereka tertawa dengan penuh rasa tidak percaya hingga datang syaikh Abd al-Rahim Bukhari, penulis kaligrafi yang terkenal itu dan bersaksi bahwa benar dia telah melihat aku syaikh Ahmad Sahirty yang mengangkatnya sendirian!!"..

                                              اللّهمّ صلِّ على سيّدنا محمّدٍ وآله  وصحْبه وسلِّم


Allahhuma sholii alaa sayyidina muhammad wa alaa aalihi wa shohbihi wa salim

Sumber:
https://mobile.facebook.com/story.phpstory_fbid=512725982248940&id=180728725448669&ref=m_notif&notif_t=page_name_change

Sabtu, 12 Februari 2011

Berziarah ke Makam Rasulullah

Saat melaksanakan
haji merupakan
kesempatan emas bagi
umat Islam untuk
melaksanakan ibadah
sebanyak-banyaknya.
Beribadah di Haramain
(Makkah dan
Madinah) mempunyai
keutaman yang lebih
dari tempat-tempat
lainnya. Maka para
jamaah haji
menyempatkan diri
berziarah ke makah
Rasulullah SAW.
Berziarah ke makam
Rasulullah SAW adalah
sunnah hukumnya.
Rasulullah SAW sendiri
bersabda:
ْﻦَﻣ ﻲِﻨَﺋﺎَﺟ ﺍًﺮِﺋﺍَﺯ ْﻢَﻟ
ُﻪُﻋْﺪَﺗ ٌﺔَﺟﺎَﺣ َّﻻِﺍ
ﻲِﺗَﺭﺎَﻳِﺯ َﻥﺎَﻛ ﺎًّﻘَﺣ
ﻰَﻠَﻋ ِﻪﻠﻟﺍ ﻰَﻟﺎَﻌَﺗ ْﻥﺃ
َﻥْﻮُﻛﺃ ﺎًﻌْﻴِﻔَﺷ َﻡْﻮَﻳ
ِﺔَﻣﺎَﻴِﻘْﻟﺍ
Siapa saja yang datang
kepadaku untuk
berziarah, dan
keperluannya hanya
utnuk beziarah
kepadaku maka Allh
SWT memberikan
jaminan agar aku
menjadi orang yang
memberi syafa ’at
(pertolongan)
kepadanya di hari
kiamat nanti. (HR
Darul Quthni)
ِApalagi ziarah itu
dilakukan pada saat
melakukan ibadah
haji. Dalam hadits lain
disebutkan:
ِﻦَﻋ ِﻦْﺑﺍ َﺮَﻤُﻋ َﻲِﺿَﺭ
ُﻪﻠﻟﺍ ﺎَﻤُﻬْﻨَﻋ َّﻥﺃ
َّﻲِﺒَّﻨﻟﺍ ﻰَّﻠَﺻ ُﻪﻠﻟﺍ
ِﻪْﻴَﻠَﻋ َﻢَّﻠَﺳَﻭ َﻝﺎَﻗ
ْﻦَﻣ َّﺞَﺣ َﺭﺍَﺰَﻓ ﻱِﺮْﺒَﻗ
َﺪْﻌَﺑ ﻲِﺗْﻮَﻣ َﻥﺎَﻛ ْﻦَﻤَﻛ
ْﻲِﻧَﺭﺍَﺯ ﻲِﻓ ِﻪِﺗﺎَﻴَﺣ
Dari Ibn 'Umar RA.
Sesungguhnya
Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang
melaksanakan ibadah
haji, lalu berziarah ke
makamku setelah aku
meninggal dunia,
maka ia seperti orang
yang berziarah
kepadaku ketika aku
masih hidup. ” (HR
Darul Quthni)
Atas dasar ini,
pengarang kitab
I'anatut Thalibin
menyatakan:
“Berziarah ke makam
Nabi Muhammad
merupakan salah satu
qurbah (ibadah) yang
paling mulia, karena
itu, sudah selayaknya
untuk diperhatikan
oleh seluruh umat
Islam. Dan hendaklah
waspada, jangan
sampai tidak berziarah
padahal dia telah
diberi kemampuan
oleh Allah SWT, lebih-
Iebih bagi mereka
yang telah
melaksanakan ibadah
haji. Karena hak Nabi
Muhammad SAW yang
harus diberikan oleh
umatnya sangat besar.
Bahkan jika salah
seorang di antara
mereka datang
dengan kepala
dijadikan kaki dari
ujung bumi yang
terjauh hanya untuk
berziarah ke
Rasullullah SAW maka
itu tidak akan cukup
untuk memenuhi hak
yang harus diterima
oleh Nabi SAW dari
umatnya. Mudah-
mudahan Allah SWT
membalas kebaikan
Rasullullah SAW
kepada kaum muslimin
dengan sebaik-baik
balasan. ” (I'anatut
Thalibin, juz II, hal 313)
Lalu, bagaimana
dengan kekhawatiran
Rasulullah SAW yang
melarang umat Islam
menjadikan makam
beliau sebagai tempat
berpesta, atau sebagai
berhala yang
disembah.. Yakni
dalam hadits
Rasulullah SAW:
ْﻦَﻋ ﻲِﺑﺃ َﺓَﺮْﻳَﺮُﻫ
َﻲِﺿَﺭ ُﻪﻠﻟﺍ ُﻪْﻨَﻋ َﻝﺎَﻗ
َﻝﺎَﻗ ُﻝْﻮُﺳَﺭ ِﻪﻠﻟﺍ
ﻰَّﻠَﺻ ُﻪﻠﻟﺍ ِﻪْﻴَﻠَﻋ
َﻢَّﻠَﺳَﻭ ﺍْﻭُﺬِﺨَّﺘَﺗَﻻ
ﻱِﺮْﺒَﻗ ﺍًﺪْﻴِﻋ ﻻَﻭ
ﺍﻮُﻠَﻌْﺠَﺗ ْﻢُﻜَﺗْﻮُﻴُﺑ
ﺍًﺭْﻮُﺒُﻗ ﺎَﻤُﺜْﻴَﺣَﻭ
ْﻢُﺘْﻨُﻛ ﺍْﻮُّﻠَﺼَﻓ َّﻲَﻠَﻋ
َّﻥِﺎَﻓ ْﻢُﻜَﺗﺎَﻠَﺻ
ﻲِﻨُﻐُﻠْﺒَﺗ
Dari Abu Hurairah RA.
Ia berkata, Rasulullah
SAW bersabda:
“ Janganlah kamu
jadikan kuburanku
sebagai tempat
perayaan, dan
janganlah kamu
jadikan rumahmu
sebagai kuburan.
Maka bacalah
shalawat kepadaku.
Karena shalawat yang
kamu baca akan
sampai kepadaku di
mana saja kamu
berada.” (Musnad
Ahmad bin Hanbal:
8449)
Menjawab
kekhawatiran Nabi
SAW ini, Sayyid
Muhammad bin ‘Alawi
Maliki al-Hasani
menukil dari beberapa
ulama, lalu
berkomentar:
“Sebagian ulama ada
yang memahami
bahwa yang dimaksud
(oleh hadits itu
adalah) larangan
untuk berbuat tidak
sopan ketika berziarah
ke makam Rasulullah
SAW. Yakni dengan
memainkan alat musik
atau permainan
lainnya, sebagaimana
yang biasa dilakukan
ketika ada perayaan.
(Yang seharusnya
dilakukan adalah)
umat Islam berziarah
ke makam Rasul hanya
untuk menyampaikan
salam kepada Rasul,
berdo ’a di sisinya,
mengharap berkah
melihat makam Rasul,
mendoakan serta
menjawab salam
Rasulullah SAW. (Itu
semua dilakukan)
dengan tetap menjaga
sopan santun yang
sesuai dengan maqam
kenabiannya yang
mulia. ” (Manhajus
Salaf fi Fahmin
Nushush bainan
Nazhariyyah wat-
Tathbiq, 103)
Maka, berziarah ke
makam Rasulullah
SAW tidak
bertentangan dengan
ajaran Islam. Bahkan
sangat dianjurkan
karena akan
mengingatkan kita
akan jasa dan
perjuangan Nabi
Muhammad SAW,
sekaligus menjadi
salah satu bukti
mengguratnya
kecintaan kita kepada
beliau.


Oleh KH Muhyiddin
Abdusshomad
Pengasuh Pondok
Pesantren Nuris,
Ketua PCNU Jember
Sumber : http://
www.nu.or.id/
page.php?
lang=id&menu=news_view&news_id=10830