Jumat, 04 Februari 2011

Mengenang Akhlak Nabi Muhammad SAW bag.1

Setelah Nabi wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, menceritakan padaku akhlak Muhammad. Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.
Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, ceritakan padaku keindahan dunia ini!. Badui ini menjawab, bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini... Ali menjawab, Òengkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)
Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi yang sering disapa Khumairah oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur ’an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur ’an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi itu bagaikan Al-QurÕan berjalan. Badui ini\tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan QurÕan. Aisyah akhirnya
menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu ’minun[23]: 1-11.

      Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.
Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi, Aisyah hanya menjawab, ah semua perilakunya indah. ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap
Tuhanku terlebih dahulu. Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah. Nabi Muhammad jugalah yang membikin khawatir hati
Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, mengapa engkau tidur di sini. Nabi Muhammmad menjawab, aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu. Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi mengingatkan, berhati- hatilah kamu terhadapisterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya. Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka. Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. 

       Di tengah kebingungannya, Rasul memanggilnya. Rasul memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi mencium sorban Nabi. Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia. Nabi Muhammad juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadis, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul selalu memujinya. Abu Bakar-lah yang menemani Rasul ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sakit. Tentang Umar, Rasul pernah berkata, syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain. Dalam riwayat lain disebutkan, 
Nabi bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta ’wil) mimpimu itu?
Rasul menjawab ilmu pengetahuan. Tentang Utsman, Rasul sangat menghargai Ustman karena itu Utsman menikahi dua putri nabi, hingga Utsman dijuluki dzu an- Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali.
Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya. Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik. Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang mrekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah...ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela.
Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

Selasa, 01 Februari 2011

kisah kecintaan ukkasyah terhadap Baginda Rasulullah saw

Kecintaan seseorang terhadap sesuatu akan menjadi pusat perhatian seluruhnya dalam nurani, Sehingga sama sekali tidak ada ruang bagi sesuatu yang lain itu untuk masuk kedalam hatinya. Artinya,ia akan selalu memandang obyek cintanya sebagai obsesi kemanapun ia menghadap dan mengarah. Barangkali
karena itulah salah seorang sahabat Rasulullah SAW, Ukkasyah namanya, tiba-tiba bertindak "aneh", ingin mengqishash Rasululullah SAW disaat beliau menjelang wafat, sementara sahabat yang lain sedang dirundung kesedihan yang tiada tara. Siang itu,setelah mengimami shalat, Rasulullah SAW
dengan susah payah, lalu berkhutbah: "Wahai sekalian manusia! Aku adalah Nabi kalian,yang menasehati kalian untuk berbuat baik dan menjauhi segala kemungkaran. Aku adalah sahabat kalian. Barang siapa yang pernah aku sakiti dahulu,baik yang aku sengaja atau tidak,maka sebelum aku meninggalkan kalian, hendaklah ia mengambil qishash dariku".
Mendengar permintaan itu,suasana masjid seketika menjadi hening. Tak seorangpun sahabat berani mengangkat kepalanya. Terasa berat. Mereka semuadiliputi suasana haru campur sedih. Tiada senyum apalagi canda. Setelah tiga kali beliau SAW mengulang permintaannya,berdirilah Ukkasyah bin Mihshan RA,ia berkata,"Saya ya Rasulallah. Ketika
Perang Badar, unta yang Engkau tunggangi berjalan beriringan dengan untaku. Waktu itu Engkau melecutkan cambukmu dan mengenai perutku. aku tidak tahu, apakah Engkau sengaja atau tidak."
Rasulullah SAW menjawab, "Tidak ada maksudku kepadamu kecuali aku memang sengaja melakukannya." Beliau lantas menyuruh Bilal RA untuk mengambilkan cambuk Rasulullah SAW dirumah putrinya, Fathimah. Raut muka Ukkasyah yang menampakkan keseriusan, membuat para sahabat merasa kesal dan marah melihat kelancangannya. Seketika berdirilah Abu Bakar dan Umar RA. Disusul Ali dan terakhir Hasan dan Husein. Semua berkata, "Hai Ukkasyah! Kami tidak akan membiarkanmu menyakiti tubuh Rasulullah SAW yang mulia, sedikitpun. Jika kamu berkehendak, maka lakukanlah qishas kepada kami." Namun Rasulullah SAW memberikan isyarat agar mereka kembali ketempat masing2.Kepada Abu Bakar dan Umar RA, Rasulullah SAW menyela, "Duduklah kalian berdua! ALLAH telah mengetahui kedudukan kalian berdua yang mulia disisiNya."
Tak lama kemudian datanglah Bilal R memberikan cambuk kepada Rasulullah SAW, Dan beliau
langsung menyerahkannya kepada Ukkasyah RA. "Terimalah cambuk ini dan laksanakanlah keinginanmu!"
"Ya Rasulallah! Sewaktu Engkau mencambukku,aku sedang tidak mengenakan baju." Pinta Ukkasyah."Baiklah" kata Beliau SAW sambil melepaskan jubah yang menyelimuti tubuh beliau.
Seketika kaum muslimin yang hadir menjerit dan menangis. Jantung Ukkasyah RA berdegup kencang,tubuhnya bergetar hebat begitu melihat tubuh mulia nan putih milik kekasihnya berdiri dihadapannya.Ukkasyah segera melemparkan cambuk lantas melompat mendekap tubuh Rasulullah SAW dan mencium punggung beliau sepuas2nya. Selanjutnya dia berkata: "Tebusanmu rohku ya
Rasulallah. Siapakah yang sampai hati mengqishas engkau ya Rasulallah? Saya sengaja berbuat demikian karena saya tahu bahwa hari ini adalah pertemuan terakhir,karena sebentar lagi engkau akan meninggalkan kami. Kalaupun nanti aku masuk surga,tentu sulit bagiku untuk bertemu denganmu karena derajat kita yang jauh berbeda. Tetapi jika neraka tempatku,maka inilah kesempatan terakhir
bagiku menatap wajahmu.Oleh karena itu,sebelum kita berpisah,aku ingin kulitku yang hina ini bersentuhan langsung dengan kulitmu yang mulia. Supaya Allah SWT, dengan kehormatan
Paduka,dapat menjagaku dari sentuhan api neraka." Rasulullah SAW meneteskan air mata mendengar ucapan Ukkasyah RA ini lalu bersabda,"Ketahuilah wahai para sahabat,siapa yang ingin melihat penduduk surga,maka lihatlah kepada pribadi laki2 ini!"
Kemudian para sahabat berdiri beramai2 mencium Ukkasyah RA dan mengucapkan selamat,"Berbahagialah engkau yang telah mencapai derajat yang tinggi dan menjadi teman Rasulullah SAW disurga kelak."

Demikianlah ketulusan cinta seseorang yang merupakan buah dari keimanan yang bersih,berbuah keistimewaan, hingga dapat mengubah orang biasa menjadi luar biasa di sisi Allah dan RasulNya.
Lantas,bagaimana dengan kita? (Wallahu a'lam).

beberapa cara mendekatkan diri kepada Allah

Berikut adalah beberapa obat bagi orang yang dimabuk cinta namun belum sanggup untuk
menikah.

Pertama: Berusaha ikhlas dalamberibadah. Jika seseorang benar-benar ikhlas menghadapkan diri pada Allah, maka Allah akan menolongnya dari penyakit rindu dengan cara yang tak pernah terbetik di hati sebelumnya. Cinta pada Allah dan nikmat dalam beribadah akan mengalahkan cinta-cinta lainnya. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “ Sungguh, jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menjumpai hal-hal lain yang lebih manis, lebih indah, lebih nikmat dan lebih baik daripada Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu yang dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya. Atau karena adanya sesuatu yang ditakutinya. Cinta yang buruk akan bisa dihilangkan dengan cinta yang baik. Atau takut terhadap sesuatu yang membahayakannya.”[10] 

Kedua: Banyak memohon pada Allah Ketika seseorang berada dalam kesempitan dan dia bersungguh-sungguh dalam berdo ’a, merasakan kebutuhannya pada Allah, niscaya Allah akan mengabulkan do ’anya. Termasuk di antaranya apabila seseorang memohon pada Allah agar dilepaskan dari penyakit rindu dan kasmaran yang terasa mengoyak-ngoyak hatinya. Penyakit yang menyebabkan dirinya gundah gulana, sedih dan sengsara. Ingatlah, Allah Ta ’ala berfirman,


َلاَقَو ُمُكُّبَر
يِنوُعْدا ْبِجَتْسَأ
ْمُكَل

“Dan Rabbmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. ” (QS. Al Mu’min: 60)


Ketiga: Rajin memenej pandangan Pandangan yang berulang-ulang adalah pemantik terbesar yang menyalakan api hingga terbakarlah api dengan kerinduan. Orang yang memandang dengansepintas saja jarang yang mendapatkan rasa kasmaran. Namun pandangan yang berulang-ulanglah yang merupakan biang kehancuran. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk menundukkan pandangan agar hati ini tetap terjaga. Lihatlah surat An Nur ayat 30 yang telah kami sebutkan sebelumnya. Mujahid mengatakan,“ Menundukkan pandangan dari berbagai hal yang diharamkan oleh Allah akan menumbuhkan rasa cinta pada Allah. ”[11]


Keempat: Lebih giat menyibukkan diri Dalam situasi kosong kegiatan biasanya seseorang lebih mudah untuk berangan memikirkan orang yang ia cintai. Dalam keadaan sibuk luar biasa berbagai pikiran tersebut mudah untuk lenyap begitu saja. Ibnul Qayyim pernah menyebutkan nasehat seorang sufi yang
ditujukan pada Imam Asy Syafi ’i. Ia berkata, “Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil). ”[12]


Kelima: Menjauhi musik dan film percintaan Nyanyian dan film-film percintaan memiliki andil besar untuk mengobarkan kerinduan pada orang yang dicintai. Apalagi jika nyanyian tersebut dikemas dengan mengharu biru, mendayu-dayu tentu akan menggetarkan hati orang yang sedang ditimpa kerinduan. Akibatnya rasa rindu kepadanya semakin memuncak, berbagai angan-angan yang menyimpang pun terbetik dalam hati dan pikiran. Bila demikian, sudah layak jika nyanyian dan tontonan seperti ini dan secara umum ditinggalkan. Demi keselamatan dan kejernihan hati. Sehingga sempat diungkapkan oleh beberapa ulama nyanyian adalah mantera-mantera zina.
Ibnu Mas’ud mengatakan, “ Nyanyian dapat menumbuhkan kemunafikan dalam hati sebagaimana air dapat menumbuhkan sayuran. ” Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan, “Nyanyian adalah mantera-mantera zina. ” Adh Dhohak mengatakan, “ Nyanyian itu akan merusak hati dan akan mendatangkan kemurkaan Allah. ”[13]

COBALAH...........NISCAYA ALLAH AKAN MENGANGKAT KITA KE DERAJAT YANG LEBIH
SEMPURNA 

NB; NOTHING IS ETERNAL IN T'WORLD or G'ADA CINTA YG ABADI D'DUNIA INI!! SEMOGA CINTA KITA HANYA UNTUK SANG KHALIQ ALLAH AZZA WAJALLA & TIDAK MELEBIHI CINTA TERHADAP MAKHLUKNYA.

Senin, 31 Januari 2011

Dzikir Berjamaah sejak Zaman Rosul SAW By: Ustadz M. Arifin Ilham


Sekte wahabi muncul pada abad 14 hijriah, mereka ini merupakan penyakit dalam tubuh kaum muslimin yang telah menyerang hampir seluruh Negara muslimin dimuka bumi.
Mereka ini selalu mengada-adakan dan mempermasalahkan hal-hal yang tidak pernah dipermasalahkan oleh Ulama Besar, Para Imam, para Tabi’in, para
L sahabat, bahkan Rasul saw. hal ini para ulama tidak mengkategorikan bahwa Ibn Abdul wahhab sebagai Imam Madzhab (dalam arti Mujtahid), karena seorang Imam Madzhab adalah orang yang suci dari mencaci maki muslimin, apalagi menganggap musyrik pada ahli syahadat, atau menganggap perbuatan sahabat rasul
radhiyallahu’anhum adalah Bid’ah munkarah.
Imam madzhab adalah pewaris Rasul saw, orang yang berjiwa arif dan lidahnya selalu basah berdzikir kepada Allah, mendo'akan yang sesat,
mendo'akan hidayah bagi orang kafir, demikian pulalah Lidah Rasul saw.
Dzikir berjamaah sejak zaman Rasul saw, sahabat, tabi ’in tak pernah dipermasalahkan, bahkan merupakan sunnah rasul saw, dan pula secara akal sehat, semua orang mukmin akan asyik berdzikir, dan hanya syaitan yang benci akan hangus terbakar dan tak tahan mendengar suara dzikir. kita bisa bandingkan
mereka ini dari kelompok mukmin, atau kelompok syaitan yang sesat..,
dengan cara mereka yang memprotes dzikir jamaah, telinga mereka panas, dan ingin segera kabur bila mendengar jamaah berdzikir.
1). para sahabat berdoa bersama Rasul saw dengan melantunkan syair (Qasidah/Nasyidah) di saat menggali khandaq (parit) Rasul saw dan sahabat-sahabat radhiyallhu ‘anhum bersenandung bersama sama dengan ucapan : “ HAAMIIIM LAA YUNSHARUUN..”. (Kitab Sirah Ibn Hisyam Bab Ghazwat Khandaq). Perlu diketahui bahwa sirah Ibn Hisyam adalah buku sejarah yg pertama ada dari seluruh buku sejarah, yaitu buku sejarah tertua. Karena ia adalah Tabi ’in.
2). saat membangun Masjidirrasul saw : mereka bersemangat sambil bersenandung : “Laa ‘Iesy illa ‘Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhaajirah ” setelah mendengar ini maka Rasul saw pun segera mengikuti ucapan mereka seraya bersenandung dengan semangat : “ Laa ‘Iesy illa ‘Iesyul akhirah, Allahummarham Al Anshar wal Muhajirah.. ” (Sirah Ibn Hisyam Bab Hijraturrasul saw-bina ’ masjidissyarif hal 116)
3). ucapan ini pun merupakan do'a Rasul saw demikian diriwayatkan dalam shahihain.
4). Firman Allah swt : “ SABARKANLAH DIRIMU BERSAMA KELOMPOK ORANG ORANG YG BERDOA PADA TUHAN MEREKA SIANG DAN MALAM SEMATA MATA MENGINGINKAN KERIDHOAN NYA, DAN JANGANLAH KAU JAUHKAN PANDANGANMU (dari mereka), UNTUK MENGINGINKAN KEDUNIAWIAN. ” (QSAlkahfi 28)
Ayat ini turun ketika Salman Alfarisi ra berdzikir bersama para sahabat, maka Allah ta'ala memerintahkan Rasul saw dan seluruh ummatnya duduk untuk menghormati orang-orang yang berdzikir.
Mereka (sekte wahabi) mengatakan bahwa ini tidak teriwayatkan bentuk dan tata cara dzikirnya, ah..ah … ah…. Dzikir ya sudah jelas dzikir.., menyebut nama Allah, mengingat Allah swt, adakah lagi ingin dicari pemahaman lain?
5). Sahabat Rasul radhiyallahu ’anhum mengadakan shalat tarawih berjamaah, dan Rasul saw justru malah menghindarinya, mestinya merekapun shalat tarawih sendiri sendiri, kalau toh Rasul saw melakukannya lalu menghindarinya, lalu mengapa Generasi Pertama yang terang benderang dengan keluhuran ini justru mengadakannya dengan berjamaah….
Sebab mereka merasakan ada kelebihan dalam berjamaah, yaitu syiar, mereka masih butuh syiar dibesarkan, apalagi kita dimasa ini ….
maka kalau ada pertanyaan : “ siapakah yang pertama kali mengajarkan Bid’ah hasanah?, maka kita dengan mudah menjawab, yang pertama kali mengajarkannya adalah para Sahabat Rasul saw, karena saat itu Umar ra setelah bersepakat dengan seluruh sahabat untuk jama'ah tarawih, lalu Umar ra berkata : “WA NI’MAL BID’AH HADZIH..”. (inilah Bid’ah yang terindah).
Siapa lebih tahu makna menghindari bid ’ah? Umar bin Khattab ra, makhluk nomer dua paling mulia di ummat ini bersama seluruh sahabat radhiyallahu ’anhum. atau madzhab sempalan abad ke 20 ini.
6). Lalu para tabi’in sahabat, maka mereka menggelari setiap menyebut nama sahabat dengan ucapan Radhiyalahu’anhu/ha/hum. Inipun tak pernah diajarkan oleh Rasul saw, tak pula pernah diajarkan oleh sahabat, walaupun itu berdalilkan beberapa ayat didalam alqur ’an bahwa bagi mereka itu keridhoan Allah ta ala, namun tak pernah ada perintah dari Rasul saw untuk menggelari setiap nama sahabat beliau dengan ucapan radhiyallahu ’anhu/ha/hum.
Inipun Bid’ah hasanah, kita mengikuti Tabi’in mengucapkannya karena cinta kita pada Sahabat.
7). Khalifah Umar bin Abdul Aziz menambahkan lagi dengan menyebut-nyebut nama para Khulafa ’urrasyidin dalam khotbah kedua pada khutbah jumat, Ied dll..,
inipun bid ’ah, tak pernah diperbuat oleh para Tabi ’in, Sahabat, bahkan Rasul saw, namun diada-adakan karena telah banyak kaum mu ’tazilah yang mencaci sahabat dan melaknat para Khulafa ’urrasyidin, maka hal ini mustahab saja, (baik dilakukan), tak ada pula yang benci dengan hal ini kecuali syaitan dan para tentaranya.
Lalu kategori Bid’ah ini pun muncul entah darimana? membawa hadits :
“ Semua Bid’ah adalah sesat dan semua sesat adalah di neraka ”.
Menimpakan hadits ini pada kelompok sahabat.
Adakah seorang muslim mengatakan orang yang memanggil nama Allah Yang Maha Tunggal, menyebut nama Allah ta'ala dengan takdhim, berdo'a dan bermunajat, mereka ini sesat dan di neraka?
Orang yang berpendapat ini berarti ia telah mengatakan seluruh nama nama di atas adalah penduduk neraka termasuk
Umar bin Khattab ra dan seluruh sahabat , dan seluruh tabi’in, dan seluruh ulama ahlussunnah waljama ’ah termasuk Sayyidina Muhammad saw, yang juga diperintah Allah untuk duduk bersama kelompok orang yang berdoa, dan beliau lah saw yang mengajarkan do'a bersama sama.
Kita di Majelis-Majelis menjaharkan lafadz doa dan munajat untuk menyaingi panggung panggung maksiat yang setiap malam menggelegar dengan dahsyatnya menghancurkan telinga, berpuluh ribu pemuda dan remaja MEMUJA manusia manusia pendosa dan mengelu elukan nama mereka.. Salahkah bila ada sekelompok pemuda mengelu-elukan nama Allah Yang Maha Tunggal?
Menggemakan nama Allah?
Apakah Nama Allah sudah tak boleh dikumandangkan lagi dimuka bumi?!!!
Seribu dalil mereka cari agar Nama Allah ta'ala tak lagi dikumandangkan…. Cukup berbisik-bisik …! Sama dengan komunis yang melarang meneriakkan nama Allah ta'ala, dan melarang kumpulan dzikir …. Adakah kita masih bisa menganggap kelompok wahabi ini adalah ahlussunnah ….?!!
Kita Ahlussunnah waljama ’ah berdoa, berdzikir, dengan sirran wa jahran, di dalam hati, dalam kesendirian, dan bersama sama.

Sebagaimana Hadist Qudsiy Allah swt berfirman :
 “BILA IA (HAMBAKU) MENYEBUT NAMAKU DALAM DIRINYA, MAKA AKU MENGINGATNYA DALAM DIRIKU, BILA MEREKA MENYEBUT NAMAKAU DALAM KELOMPOK BESAR, MAKA AKU PUN MENYEBUT (membanggakan) NAMA MEREKA DALAM KELOMPOK YANG LEBIH BESAR DAN LEBIH MULIA ”. (HR Bukhari Muslim).

Saran saya, kita doakan saja madzhab sempalan abad ke 20 ini, agar mereka diberi hidayah dan kembali kepada kebenaran.
Wahai Allah ta'ala, telah terkotori permukaan Bumi-Mu dengan sanubari sanubari yang disesatkan syaitan, maka hujankanlah hidayah-Mu pada mereka agar mereka mau kembali pada kebenaran, beridolakan sang Nabi saw, beridolakan Muhajirin dan Anshar, berakhlak dengan akhlak mereka, sopan dan rendah hati sebagaimana mereka.
Demi Kemulia'an Ramadhan, Demi Kemuliaan Shiyaam walqiyaam, Demi Kemulia'an Nuzululqur ’an, danDemi Kemuliaan Muhammad Rasulullah saw,
amiin.