Tampilkan postingan dengan label silsilah guru. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label silsilah guru. Tampilkan semua postingan

Kamis, 24 November 2016

Guru Bangsaku

Sejarah pemikiran Gus Dur untuk NKRI.
Di akhir tahun 1998 Gus Dur rawuh (datang) di Wonosobo. Saat itu sedang ramainya era reformasi, beberapa bulan setelah Pak Harto jatuh.
Dan ini terjadi beberapa bulan sebelum Gus Dur menjadi orang nomer satu di Negeri ini.
Beliau masih menjabat sebagai Ketua PBNU.
Bertempat di Gedung PCNU Wonosobo,,Gus Dur mengadakan pertemuan dengan pengurus NU dari Wonosobo, Banjarnegara,Pubalingga, Kebumen,Temanggung dan Magelang.
Tentu saja semua kiai ingin tahu pendapat Gus Dur tentang situasi politik terbaru. Penulis hadir di situ walaupun bukan kiai,dan duduk persis di depan Gus Dur.
Penulis lah yang menuntun Gus Dur menaiki Lantai 2 PCNU Wonosobo.

Pripun Gus situasi politik terbaru?" tanya seorang kiai.
Orde Baru tumbang,tapi Negeri ini sakit keras.” kata Gus Dur.
Kok bisa Gus?”
Ya bisa,,wong yang menumbangkan Orde Baru pakainya emosi dan ambisi tanpa perencanaan yang jelas. Setelah tumbang mereka bingung mau apa,sehingga arah reformasi gak genah. Bahkan Negeri ini di ambang kehancuran,di ambang perang saudara.
Arah politik Negeri ini sedang menggiring Negeri ini ke pinggir jurang kehancuran dan separatisme.
Lihat saja,, baru berapa bulan Orde Reformasi berjalan, kita sudah kehilangan propinsi ke-27 kita, yaitu Timor Timur
.” kata Gus Dur.

,,kita semua akan merasa kasihan dengan sikap Gus Dur yang datar dan seperti capek sekali dan seperti aras-arasen bicara.
Tapi kalau sudah mulai bicara,luar biasa memikat dan ruangan jadi sepi kayak kuburan,tak ada bunyi apapun selain pangendikan Gus Dur.
Seorang kiai penasaran dengan calon presiden devinitif pengganti Pak Habibi yang hanya menjabat sementara sampai sidang MPR.

Ia bertanya: “Gus,,terus siapa yang paling pas jadi Presiden nanti Gus?”
Ya saya, hehehe…” kata Gus Dur datar.

Semua orang kaget dan menyangka Gus Dur guyon seperti biasanya yang memang suka guyon.

Yang bisa jadi presiden di masa seperti ini ya hanya saya kalau Indonesia gak pingin hancur.Dan saya sudah dikabari kalau-kalau saya mau jadi presidan walau sebentar hehehe...” kata Gus Dur mantab.

Siapa yang ngabari dan yang nyuruh Gus?” tanya seorang kiai.
Gak usah tahu.Orang NU tugasnya yakin saja bahwa nanti presidennya pasti dari NU,” kata Gus Dur masih datar seperti guyon.

Orang yang hadir di ruangan itu bingung antara yakin dan tidak yakin mengingat kondisi fisik Gus Dur yang demikian. Ditambah lagi masih ada stok orang yang secara fisik lebih sehat dan berambisi jadi presiden,yaitu Amin Rais dan Megawati.
Tapi tidak ada yang berani mengejar pertanyaan tentang presiden RI.

Kemudian Gus Dur menyambung: “Indonesia dalam masa menuju kehancuran,Separatisme sangat membahayakan.Bukan separatismenya yang membahayakan,tapi yang memback up di belakangnya. Negara-negara Barat ingin Indonesia hancur menjadi Indonesia Serikat,maka mereka melatih para pemberontak,membiayai untuk kemudian meminta merdeka seperti Timor Timur yang dimotori Australia.

Sejenak sang Kiai tertegun. Dan sambil membenarkan letak kacamatanya ia melanjutkan:
Tidak ada orang kita yang sadar bahaya ini. Mereka hanya pada ingin menguasai Negeri ini saja tanpa perduli apakah Negeri ini cerai-berai atau tidak. Maka saya harus jadi presiden, agar bisa memutus mata rantai konspirasi pecah-belah Indonesia. Saya tahu betul mata rantai konspirasi itu. RMS dibantu berapa Negara, Irian Barat siapa yang back up, GAM siapa yang ngojok-ojoki, dan saya dengar beberapa propinsi sudah siap mengajukan memorandum.
Ini sangat berbahaya.

Kemudiaan ia menarik nafas panjang dan melanjutkan: “Saya mau jadi presiden. Tetapi peran saya bukan sebagai pemadam api, Saya akan jadi pencegah kebakaran dan bukan pemadam kebakaran, Kalau saya jadi pemadam setelah api membakar Negeri ini,maka pasti sudah banyak korban. Akan makin sulit, Tapi kalau jadi pencegah kebakaran, hampir pasti gak akan ada orang yang menghargainya. Maka, mungkin kalaupun jadi presiden saya gak akan lama, karena mereka akan salah memahami langakah saya.

Seakan mengerti raut wajah bingung para kiai yang menyimak, Gus Dur pun kembali selorohkan pemikirannya. “Jelasnya begini, tak kasih gambaran,” kata Gus Dur menegaskan setelah melihat semua hadirin tidak mudeng dan agak bingung dengan tamsil Gus Dur.

Begini,,suara langit mengatakan bahwa sebuah rumah akan terbakar,ada dua pilihan,kalau mau jadi pahlawan maka biarkan rumah ini terbakar dulu lalu datang membawa pemadam,Maka semua orang akan menganggap kita pahlawan. Tapi sayang sudah terlanjur gosong dan mungkin banyak yang mati,juga rumahnya sudah jadi jelek,Kita jadi pahlawan pemyelamat yang dielu-elukan.

Kemudian lanjutnya: “Kedua, preventif..Suara langit sama, rumah itu mau terbakar. Penyebabnya tentu saja api. Ndilalah jam sekian akan ada orang naruh jerigen bensin di sebuah tempat.Ndilalah angin membawa sampah dan ranggas ke tempat itu. Ndilallah pada jam tertentu akan ada orang lewat situ. Ndilalah dia rokoknya habis pas dekat rumah itu. Ndilalalah dia tangan kanannya yang lega,Terus membuang puntung rokok ke arah kanan dimana ada tumpukan sampah kering.

Lalu ia sedikit memajukan duduknya, sambil menukas: “Lalu ceritanya kalau dirangkai jadi begini; ada orang lewat dekat rumah, lalu membuang puntung rokok, puntung rokok kena angin sehingga menyalakan sampah kering, api di sampah kering membesar lalu menyambar jerigen bensin yang baru tadi ditaruh di situ dan terbakarlah rumah itu.”

Suara langit ini hampir bisa dibilang pasti, tapi semua ada sebab-musabab, Kalau sebab di cegah maka musabab tidak akan terjadi, Kalau seseorang melihat rumah terbakar lalu ambil ember dan air lalu disiram sehingga tidak meluas maka dia akan jadi pahlawan. Tapi kalau seorang yang waskito, yang tahu akan sebab-musabab,dia akan menghadang orang yang mau menaruh jerigen bensin, atau menghadang orang yang merokok agar tidak lewat situ, atau gak buang puntung rokok di situ sehingga sababun kebakaran tidak terjadi.

Sejenak semua jamaah mangguk-mangguk.
Kemudian Gus Dur melanjutkan: “Tapi nanti yang terjadi adalah,orang yang membawa jerigen akan marah ketika kita cegah dia naruh jerigen bensin di situ: “Apa urusan kamu,ini rumahku, bebas dong aku naruh di mana?Pasti itu yang akan dikatakan orang itu.
Lalu misal ia memilih menghadang orang yang mau buang puntung rokok agar gak usah lewat situ, Kita bilang: “Mas,, tolong jangan lewat sini dan jangan merokok, Karena nanti Panjenengan akan menjadi penyebab kebakaran rumah itu.Apa kata dia: “Dasar orang gila, apa hubungannya aku merokok dengan rumah terbakar? Lagian mana rumah terbakar?! Ada-ada saja orang gila ini. Minggir!! saya mau lewat.”

Kini makin jelas arah pembicaraannya dan semua yang hadir makin khusyuk menyimak. “Nah,ini peran yang harus diambil NU saat ini, Suara langit sudah jelas, Negeri ini atau rumah ini akan terbakar dan harus dicegah penyebabnya, Tapi resikonya kita tidak akan popular, tapi rumah itu selamat.
Tak ada selain NU yang berpikir ke sana.
Mereka lebih memilih
: “Biar saja rumah terbakar asal aku jadi penguasanya, biar rumah besar itu tinggal sedikit asal nanti aku jadi pahlawan maka masyarakat akan memilihku jadi presiden.”

Poro Kiai ingkang kinormatan.” kata Gus Dur kemudian. “Kita yang akan jadi presiden, itu kata suara langit. Kita gak usah mikir bagaimana caranya, Percaya saja, titik.
Dan tugas kita adalah mencegah orang buang puntung rokok dan mencegah orang yang kan menaruh bensin..cPadahal itu banyak sekali dan ada di banyak negara. Dan pekerjaan itu secara dzahir sangat tidak popular,seperti ndingini kerso. Tapi harus kita ambil, waktu yang singkat dalam masa itu nanti, kita gak akan ngurusi dalam Negeri.”
Kita harus memutus mata rantai pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka di Swiss,kita harus temui Hasan Tiro.. Tak cukup Hasan Tiro, presiden dan pimpinan-pimpinan negara yang simpati padanya harus didekati.
Butuh waktu lama,” lanjut Gus Dur.

Belum lagi separatis RMS (Republik Maluku Sarani) yang bermarkas di Belanda,harus ada loby ke negara itu agar tak mendukung RMS.
Juga negara lain yang punya kepentingan di Maluku
,” kata Gus Dur kemudian.
Juga separatis Irian Barat Papua Merdeka,yang saya tahu binaan Amerika.
Saya tahu anggota senat yang jadi penyokong Papua Merdeka,mereka membiayai gerakan separatis itu
.
Asal tahu saja, yang menyerang warga Amerika dan Australia di sana adalah desain mereka sendiri.”

Kemudian Gus Dur menarik nafas berat,sebelum melanjutkan perkataan berikutnya. “Ini yang paling sulit,karena pusatnya di Israel. Maka, selain Amerika saya harus masuk Israel juga. Padahal waktu saya sangat singkat,,Jadi mohon para kiai dan santri banyak istighatsah nanti agar tugas kita ini bisa tercapai.Jangan tangisi apapun yang terjadi nanti,karena kita memilih jadi pencegah yang tidak populer,yang dalam Negeri akan diantemi sana-sini.”
Sekonyong beliau berdiri, lalu menegaskan perkataan terakhirnya: “NKRI bagi NU adalah Harga Mati!
Saya harus pamit karena saya ditunggu pertemuan di Jakarta,untuk membicarakan masa depan negara ini. Wasalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh...” tutup Gus Dur.

Tanpa memperpanjang dialog, Gus Dur langsung pamit.
Kita bubar dengan benak yang campur-aduk,antara percaya dan tidak percaya dengan visi Gus Dur.
Antara realitas dan idealitas, bahwa Gus Dur dengan sangat tegas di hadapan banyak kiai bahwa dialah yang akan jadi presiden.Terngiang-ngiang di telinga kami dengan seribu tanda tanya.
Menghitung peta politik, rasanya gak mungkin,Yang terkuat saat itu adalah PDIP yang punya calon mencorong Megawati putri presiden pertama RI yang menemukan momentnya.
Kedua,.masih ada Partai Golkar yang juga Akbar Tanjung siap jadi presiden.
Di kelompok Islam modern ada Amien Rais yang juga layak jadi presiden,dan dia dianggap sebagian orang sebagai pelopor Reformasi.
Maka kami hanya berpikir bahwa rasional gak rasional, percoyo gak percoyo ya percoyo aja apa yang disampaikan Gus Dur tadi. Juga tentang tamsil rumah tebakar tadi,Sebagian besar hadirin agak bingung walau mantuk-mantuk karena gak melihat korelasinya NU dengan jaringan luar negeri.
Sekitar 3 bulan kemudian, Subhanallah…ternyata Gus Dur benar-benar jadi Presiden. Dan Gus Dur juga benar-benar bersafari ke luar negeri seakan maniak plesiran,Semua negara yang disebutkan di PCNU Wonosobo itu benar-benar dikunjungi,dan reaksi dalam negeri juga persis dugaan Gus Dur saat itu bahwa Gus Dur dianggap foya-foya, menghamburkan duit negara untuk plesiran,Yang dalam jangka waktu beberapa bulan sampai 170 kali lawatan,Luar biasa dengan fisik yang (maaf) begitu,demi untuk sebuah keutuhan NKRI.
Pernah suatu ketika Gus Dur lawatan ke Paris (kalau kami tahu maksudnya kenapa ke Paris). Dalam negeri,para pengamat politik dan politikus mengatakan kalau Gus Dur memakai aji mumpung. Mumpung jadi presiden pelesiran menikmati tempat-tempat indah dunia dengan fasilitas negara.
Apa jawab Gus Dur: “Biar saja, wong namanya wong ora mudeng atau ora seneng. Bagaimana bisa dibilang plesiran wong di Paris dan di Jakarta sama saja,gelap gak lihat apa-apa,koq dibilang plesiran,Biar saja,gitu aja koq repot!”
Masih sangat teringat bahwa pengamat politik yang paling miring mengomentrai lawatan Gus Dur sampai masa Gus Dur lengser adalah Alfian Andi Malarangeng,mantan Menpora.
Tentu warga NU gak akan lupa sakit hatinya mendengar ulasan dia,bagaimana dia skrg.
Satu-satunya pengamat politik yang fair melihat sikap Gus Dur,,ini sekaligus sebagai apresiasi kami warga NU, adalah Hermawan Sulistyo, atau sering dipanggil Mas Kiki. terimakasih Mas Kiki.
Kembali ke topik..Ternyata orang yang paling mengenal sepak terjang Gus Dur adalah justru dari luar Islam sendiri,, Kristen, Tionghoa, Hindu, Budha dll. mereka tahu apa yang akan dilakukan Gus Dur untuk NKRI ini.
Negeri ini tetap utuh minus Timor Timur karena jasa Gus Dur..
Beliau tanpa memikirkan kesehatan diri, tanpa memikirkan popularitas, berkejaran dengan sang waktu untuk mencegah kebakaran rumah besar Indonesia.
Dengan resiko dimusuhi dalam negeri, dihujat oleh separatis Islam dan golongan Islam lainnya,Gus Dur tidak perduli apapun demi NKRI tetap utuh. Diturunkan dari kursi presiden juga gak masalah bagi beliau walau dengan tuduhan yang dibuat-buat.
Silakan dikroscek data ini. Lihat kembali keadaan beberapa tahun silam era reformasi baru berjalan,beliau sama sekali tidak butuh gelar “Pahlawan"

Senin, 21 Februari 2011

Pentingnya Sanad Ke-guru-an

Assalamu'alaikum.

 Sanad adalah silsilah atau rantai yang menyambungkan kita dengan yang sebelum kita, hubungan, sanad adalah hubungan kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam maknanya ini secara istilahi adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita yaitu orang yang dijadikan guru sanadnya atau hadits, sanad hadits misalnya mengambil dari fulan, dari fulan, dari fulan itu salah satu contoh sanad dan sanad kita sanad keguruan dari guru saya, guru saya dari gurunya, dari gurunya, dari gurunya, sampai Rasul shallallahu 'alaihi wasallam atau dari saya bermadzhabkan syafi’i karena guru saya bermadzhab syafi’i, saya ikut guru saya, guru saya ikut guru nya mahdzabnya syafi’i terus sampai ke imam syafi ’i itu sanad namanya.
Imam madzhab dari guru lebih berhak di panut dari pada melihat hanya dari buku atau dari internet saja, orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia tidak akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu jadi tidak boleh baca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja boleh, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita mendapatkan masalah.






 "Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yg tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw," (Habib Munzir) Allah subhanahu wata'ala memberikan anugrah kepada kita guru, guru adalah panutan yang layak kita panut dan kita muliakan, guru adalah ayah Ruh, sedangkan ayah kita adalah ayah Jasad, guru adalah pewaris para Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, selama guru itu berjalan di jalan yang benar dan dia memanut gurunya, Guru yang baik itu adalah guru yang berusaha mengamalkan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan banyak para murid yang tidak mengerti, perbuatan gurunya itu sebenarnya perbuatan sunnah Rasul yang tidak di ketahui karna ia tidak tau, maka itu dia bertanya pada gurunya “guru setau saya di hadits begini, kenapa guru begini ?” oh begini ada Hadits lain, ini kenapa saya memilih ini ” hal seperti itu penting, dan ikuti guru yang mengikuti gurunya, kalau sudah guru tidak mengikuti gurunya, maka hati-hati guru ini dapat guru dari mana? sedangkan gurunya dapat dari yang lain, siapa guru yang lain...?      

                                                  

Jangan-jangan gurunya Syaitan, diliat gurunya mengikuti gurunya, berarti dia bisa belajar kepada guru dari gurunya, gurunya siapalagi diatasnya lagi, oh Imam anu, Syekh anu, dari anu, besar sanad gurumu 3 saja cukup apalagi Sanadnya sampai kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. sekarang banyak guru yang mengaku “saya bersambung kepada Rasulullah, tapi mengikuti gurunya tidak? Kalau dia tidak mengikuti gurunya maka tentunya kita juga berfikir, walaupun kau punya seribu sanad, kalau tidak mengikuti gurunya berarti siapa, sanadnya kemana..? 
Hati-hati mengikuti guru, kalian itu kalau berguru itu seakan-akan sedang makanan untuk ruh kalian itu, kitakan kalau makan kita lihat apa yang kita makan, apakan makanan itu halal atau haram, apakah yang kita makanan ini racun apakan makanan yang bermanfaat, kalau jasad saja begitu, lebih-lebih ruh, di dalam mencari guru yang benar, guru yang baik mengikuti ahlusunah waljamaah, yang memang tidak berbeda dengan guru yang lain sama tuntunannya, baik orangnya yang mengamalkan amalan-amalan sunnah, dan walaupun tidak sempurna, tiada manusia yang sempurna, dia mengikuti gurunya, mencintai gurunya, di cintai gurunya, demikian gurunya juga orang mulia, gurunya lagi juga berguru pada gurunya. Demikian,

Kita Insya Allah sanad kita bersambung kepada Guru Mulia al Musnid Al alamah Al Habib Umar bin Hafidz, beliau ini tentunya sama sanatnya denagn para imam-imam besar, di Jakarta maupun di seluruh Indonesia, dari para Habaib, dan para Ulama, dan Para Khiyai, sanatnya bersambung kepada Syekh Tabbani, Al Habib Ali bin Muhammad Abdurrahman Al Habsyi kwitang, kepada Habib Salim bin Jindan, kepada Habib syekh Ali allatos, kepada Habib Umar bin Hud, Habib Salim alathos, pada Salafushalihin, banyak para-para ulama dan khiyai, yang sanadnya satu persatu bersambung dan bersambung kembali kepada satu sanad hingga Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

 Ingat Nabi allah Musa As, yang Allah subhanahu wata'ala beri teguran
Allah SWT: “adakah yang lebih alim dari engkau ?” 
Nabi Musa a.s.: tidak ada “aku orang yang paling alim” 
Maka Allah menurunkan malaikat Jibril,
Malaikat Jibri; “ada orang yang lebih alim dari engkau wahai Musa ” 
Nabi Musa a.s: siapa tunjukan “ Khidir As” “dimana bisa kutemukan?” 
Malaikat Jibril: di pecahan antara dua laut, 
Maka Nabi Musa pun mencarinya, di dalam surat Al Kahfi, jumpa dengan Nabiallah Khidir, bagaimana adab seorang Rasul, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya dari Nabi Khidir dihadapan Allah, karna Nabi Musa adalah Rasul, Nabi Khidir adalah Nabi, Nabi Musa lebih tinggi derajatnya namun karna ingin belajar ia berkata,
Nabi Musa a.s: “bolehkah aku ikut engkau untuk mendapatkan ilmu yang telah Allah berikan padamu”, ini ucapan seorang Rasulullah As, Nabi Khidir yang padahal derajatnya di bawahnya, di dalam kedekatan kepada Allah, namun Nabi Khidir mempunya ilmu-ilmu yang tidak di ketahui Nabi Musa, Nabi Musa ingin belajar
Nabi Musa a.s: “bolehkah aku ikut denganmu tuk belajar ilmu-ilmu yang Allah berikan kepadamu ”, 
Maka Nabi Khidir as berkata :"kau tidak akan bisa sampai ikut aku, kenapa karna beda jalannya, Nabiallah Khidir di jalan Makrifah, Nabiallah Musa dengan jalan syari’ah sebagai Rasul As, Namun kita lihat adab seorang Rasul, bahkan seorang Nabi ingin belajar kepada yang dibawah derajatnya. Demikian indahnya, Juga Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah berkata 30 tahun aku mendo’akan guruku itu, yaitu Al Imam Syafi ’i, tiap malam selama 30 tahun mendoakan guruku, sehingga ia akhirnya sampai kepada kelompok Huffadhudduniya (orang-orang yang paling banyak hafalan haditsnya), di seluruh dunia ini diantaranya Imam Ahmad bin Hambal alaihi Rahmatullah, hadirin hadirat banyak contoh akan hal ini, banyak kemuliaan akan hal ini. Demikian pula adab Al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi rahmatullah, ketika dikatakan oleh gurunya bahwa “siapa itu Fakhrul wujud?, fakhrul wujud Abu bakar bin salim tidak menyamai seujung kukuku ini..!!, seperti ujung kukuku.. !!” ini kata gurunya, maka sampai kabar kepada al Imam Fakhrul wujud Abu Bakar bin Salim, Abu Bakar bin Salim sujud sukur, lalu dia berkata, ditanya oleh murid muridnya : “koq sujud syukur Kau di hina oleh gurumu?, dikatakan kau seujung kukunya ” dia berkata “aku bersyukur pada Allah, aku sudah seujung kuku guruku, itu kemuliaan besar bagiku ” demikian adab dari Imam Fakhrul Wujud Abu Bakar Bin Salim alaihi Rahmatullah kepada gurunya, sehingga dia memuliakan oleh Allah subhanahu wata'ala, melebihi gurunya hingga Allah memuliakan dia hingga dia melebihi gurunya. Kita semua masing- masing mempunyai guru, masing-masing memilih guru, di wilayah-wilayah kalian, namun hati- hati memilih guru, siapa gurunya apakah ia mengikuti gurunya, apakah gurunya Cuma Google atau yahoo. hati- hati pada guru-guru yang seperti itu, akhirnya semuanya Bid ’ah, semuanya syirik dan lain sebagainya, padahal Cuma nukil-nukil saja di internet, guru yang seperti itu tidak usah dijadikan guru, dijadikan teman saja, boleh nasehati dengan baik. Kita Mohon Rahmatnya Allah subhanahu wata'ala dengan keberkahan Guru2 mulia kita , agar Allah subhanahu wata'ala melimpahkan Rahmatnya kepada kita dan semoga Allah swt selalu menguatkan kita dalam keluhuran dunia dan akhirat bersama guru guru kita hingga Rasul saw.... Amiin Allahumma Amiin. 


majelisdinding.blogspot.com